Sepucuk yang ke sekian dan masih tanpa nama

Benak saya menyimpan segala tentang kamu terlalu lama. Bahkan ketika langkah kaki mulai menuju ke masa depan, pikiran saya masih bertahan di hari di mana kita akhirnya benar-benar dipertemukan.
Di detik di mana sepasang mata kita saling bertemu, serta raut wajahmu yang tampak begitu kebingungan tanpa senyum ataupun tawa, saya berharap waktu berhenti saat itu juga, namun percuma, saya terlalu malu untuk menatap kamu lama-lama. Dengkul saya melemas, jantung saya berdegup begitu bebas. Itu adalah hal pertama yang tidak akan saya lupa.
Lewat kedua tangan yang akhirnya saling berjabat, saya tahu semesta sedang berkonspirasi dan menciptakan kebetulan demi kebetulan. Langkah kaki yang tampak begitu tepat, hingga menuju ke pertemuan dengan waktu yang akurat. Senyum dan jarak yang begitu dekat adalah yang senantiasa akan saya ingat.
Terima kasih, karena telah menjadi hadiah yang begitu indah dan menjadi lebih dari apa yang selama ini pernah saya minta pada Tuhan.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar