Rintik hujan
yang lembut masih menari ketika aku menulis ini, beberapa dari mereka malah
melengket dijendela kamarku dan berusaha untuk tau aku menulis apa lagi tentang
kamu.
Tadinya aku ingin menulis surat dalam bahasa yang hanya kita berdua mengerti, sebelum akhirnya aku sadar kalau setiap orang mengerti bahasa cinta. Tapi kamu bukan setiap orang. Kamu berbeda. Kalau kamu tidak mengerti apa yang kutuliskan di sini, itu wajar saja.
Bukan, kamu bukan bodoh. Kamu hanya lemah dalam memahami makna. Kamu hanya malas memperkaya perbendaharaan kosakatamu. Entah kapan kamu akan menguasai tingkatan dasar belajar bahasa kalau kamu sendiri tidak mau berusaha. Entah kapan kamu akan bisa berkomunikasi secara efektif dalam bahasa yang sedang dipelajari bila kamu sendiri tidak pernah menggunakannya.
Bahasa ini tidak mengenal tenses. Aku tidak mengerti kenapa kini kemampuanmu dalam memahami bahasa ini bisa hilang begitu saja. Apa karena terlalu banyak kesalahan kata dan struktur dalam kalimat-kalimatku? Harusnya kamu mengerti bahwa bila kita adalah bahasa, maka kamu adalah frasa favoritku. Tak akan aku peduli seberapa tidak sempurnanya dirimu, selama aku memahami pesan yang kau sampaikan. Karena bila takdir adalah bahasa, maka kamu satu-satunya suratan tersiratku.
Kalau bahasa saja tidak cukup untuk membuatmu menyadari keberadaanku, apa lagi yang bisa? Pelajarilah lebih tekun, jangan takut membuat kesalahan. Pahami bahasa ini dan jadikan biasa. Kelak dirimu akan mengerti bahwa meski aku pergi, doa yang kau panjatkan tetap sampai padaku. Cepatlah, waktuku tak banyak
Jika seandainya, kamu membaca surat ini, sekali lagi aku minta maaf karena telah mengusikmu. karena pada akhirnya, aku sudah lemah, aku terlampau lelah, lalu kalah. berbahagialah, aku sudah menyerah.
Sampai pada paragraf ini, sebenarnya aku tidak tau
apa yang ingin aku tuliskan lagi. Sakit hati perlahan membuncah dari dadaku,
ada sesak yang menyelimuti paru-paruku. Tapi aku akan berusaha menyelesaikan
tulisan ini walau mungkin tak akan terbaca olehmu. Kamu benar-benar tak
mengerti apa yang aku tulis tentangmu selama ini?
Aku mengehela napas sembari berpikir apa yang akan
kukatakan pada kamu. Pertama, mungkin aku akan minta maaf, minta maaf karena
aku telah begitu lancang jatuh cinta pada kamu. Minta maaf karena aku berharap
dari setiap kebersamaan kita, minta maaf karena aku telah begitu berani
memasuki kehidupanmu. aku minta maaf untuk semua itu.
Tadinya aku ingin menulis surat dalam bahasa yang hanya kita berdua mengerti, sebelum akhirnya aku sadar kalau setiap orang mengerti bahasa cinta. Tapi kamu bukan setiap orang. Kamu berbeda. Kalau kamu tidak mengerti apa yang kutuliskan di sini, itu wajar saja.
Bukan, kamu bukan bodoh. Kamu hanya lemah dalam memahami makna. Kamu hanya malas memperkaya perbendaharaan kosakatamu. Entah kapan kamu akan menguasai tingkatan dasar belajar bahasa kalau kamu sendiri tidak mau berusaha. Entah kapan kamu akan bisa berkomunikasi secara efektif dalam bahasa yang sedang dipelajari bila kamu sendiri tidak pernah menggunakannya.
Bahasa ini tidak mengenal tenses. Aku tidak mengerti kenapa kini kemampuanmu dalam memahami bahasa ini bisa hilang begitu saja. Apa karena terlalu banyak kesalahan kata dan struktur dalam kalimat-kalimatku? Harusnya kamu mengerti bahwa bila kita adalah bahasa, maka kamu adalah frasa favoritku. Tak akan aku peduli seberapa tidak sempurnanya dirimu, selama aku memahami pesan yang kau sampaikan. Karena bila takdir adalah bahasa, maka kamu satu-satunya suratan tersiratku.
Kalau bahasa saja tidak cukup untuk membuatmu menyadari keberadaanku, apa lagi yang bisa? Pelajarilah lebih tekun, jangan takut membuat kesalahan. Pahami bahasa ini dan jadikan biasa. Kelak dirimu akan mengerti bahwa meski aku pergi, doa yang kau panjatkan tetap sampai padaku. Cepatlah, waktuku tak banyak
Jika seandainya, kamu membaca surat ini, sekali lagi aku minta maaf karena telah mengusikmu. karena pada akhirnya, aku sudah lemah, aku terlampau lelah, lalu kalah. berbahagialah, aku sudah menyerah.
terakhir, terima kasih sudah mengizinkanku jatuh cinta padamu, walau
jatuh cintaku hanya satu arah tanpa balas.
0 komentar:
Posting Komentar