Bagaimana jika pada akhirnya akan ada seseorang yang menggantikan peranmu sebagai tokoh utama dalam ceritaku, namun yang aku inginkan masih tetap kamu?

Category: 0 komentar

Kemarilah, dan duduk sebentar. Ceritakan kepadaku, bagaimana rupa kesedihan dari sudut pandangmu itu.

Category: 0 komentar

Sejuta Kekaguman

Hai kamu, sang penculik kata, pengasup inspirasi, dan sumber kekagumanku..

Selamat ya. Lagi-lagi kamu berhasil menculik segala aksara yang telah tertata. Entah kenapa jika semesta menyodorkan namamu, aku selalu kehilangan kata-kata untuk menuturkannya. Karena terlalu banyak, karena telah beranakpinak dan berjuta-juta hal kecil tentangmu terus-terusan berdesak. Entah kenapa untuk memulai “Hai” saat kita dipertemukan saja membutuhkan berkilo-kilo keberanian untuk menghancurkan kegugupan. Meski sudah lama pertemanan yang unik ini ada, kekagumanku akan segala tentangmu tak bisa berkurang sesenti pun grafiknya. Kamu terlalu sempurna untuk ukuran idola. Kamu selalu bisa bolak-balik membuatku bersyukur untuk kejutan atas oleh-oleh dari tiap pertemuan.

Maaf, jika kadang aku bersembunyi dibalik tempat yang paling sepi saat menceritakan kekaguman ini. Mungkin aku takkan ramai menyuarakan kekaguman, tapi ketahuilah aku akan berada disana meski jadi sosok yang paling transparan. Mungkin kini kita lebih jarang berkomunikasi, jarang bertegur sapa di dunia nyata dan jarang berbagi cerita. Tapi aku masih mengetahui detil-detil tentangmu, masih menyediakan ruang besar untuk mengasup segala sesuatu yang berkaitan tentang kamu.

Surat ini adalah surat yang paling sulit dimulai dan yang paling sulit kutandai telah selesai. Karena masih kepadamulah sumber kekagumanku bermuara, surat ini hanya sebagian dari aksara yang terhimpit kegugupan untuk mengatakannya.
Category: 0 komentar
Ada yang seharusnya diberikan, tapi masih disimpan Tuhan. Mungkin namanya kesempatan. Ada yang seharusnya dihentikan, sebelum luka jadi lintasan perjalanan. Mungkin namanya perasaan. Barangkali hati terlalu cepat jatuh pada waktu yang tak tepat. Bukan objeknya yang salah, tapi mungkin kali ini aku harus mengalah. Kesempatan yang tadinya terlihat begitu jelas, kini hilang semudah melayangnya kertas.

Bukan salahmu yang mungkin seperti tak menghargai perasaan. Salahku, yang berharap hanya pada kebetulan. Bukan salahmu yang tak juga sadari keberadaan. Salahku, terlalu lama di dalam tempat persembunyian. Hingga pada akhirnya semua kata kunci membawaku pada sebuah kenyataan yang harus dijalani. Bahwa meski belum dimiliki, namun ada yang telah kauberikan kepadanya dengan sepenuh hati.

Entah kesempatan yang memang belum ada, atau aku mungkin sudah pernah melewatkannya.

Maaf  atas keterlambatanku untuk menyadari sepenting itu adamu. Jeda sinyal yang terlambat keluar, mungkin telah berbekal sesal. Hingga akhirnya aku tahu, kesempatan belum ada karena seseorang lain telah masuk dan membuat hatimu mulai kesempitan. Penuh, mungkin sepenuhnya menurutmu utuh. Sedangkan aku, hilang separuh dan sisanya lumpuh.

Aneh. Meski namamu masih seratus persen mengisi hati, tapi mengapa kekosongan ini tak berhenti kucicipi? Bukankah kita lahir pada kebetulan? Tapi kebetulan pulalah yang akhirnya mematikan. Bukankah kita sama-sama tahu karena sebuah pengetahuan yang disediakan? Tapi mengapa ujungnya aku merasa asing karena terlempar oleh serombongan ketidaktahuanku akanmu?

Dunia barumu yang sama sekali tak menyertakan aku. Dunia baru yang terlihat ramai saat namanya tak usai kau sebut-sebut.

Entah kebetulan memang sebenarnya ada, atau hanya aku yang sepertinya mengada-ada. Entah kisah tentang kita memang sedang dituliskan, ataukah semuanya hanya semata-mata harapan.
Pramesti laksmi
Category: 0 komentar
Siapa sebenarnya yang berperan sebagai tokoh antagonis hingga tak jarang aku menangis? Aku sendirikah yang terlalu jahat memberi seutuhnya hati untuk rela disakiti? Atau dia yang tak mampu menjaga hatiku dengan hati-hati sampai retak berkeping seperti ini? Menjaga? Ah aku salah lagi.

Dia memang tak pernah benar-benar mau memiliki. Cerita-cerita kita yang kukira akan sempurna, ternyata tak berakhir bahagia. Yang kutahu tentang masa depan itu kamu, tapi malah kamu yang menyuruhku untuk tetap berpijak saja pada masa lalu dan berhenti di situ.

Yang kutahu tentang perjuangan itu kita, tapi ternyata hanya aku yang berusaha. Bagaimana bisa? Bagaimana caranya membuatmu melihat apa yang kulihat sementara kita sama-sama telah buta akan tujuan yang berbeda? Hingga akhirnya hati kecil membujuk untuk aku segera merelakan. Bukan suatu hal yang sulit, hanya mungkin butuh waktu. Butuh waktu yang tak sebentar bagi hati untuk merapikan serpihan demi serpihan. Butuh waktu yang tak sebentar untuk menyadari, bahwa satu-satunya jalan adalah dengan membiarkanmu pergi. 

Ialah aku, dengan tanpa keberanian untuk mengaku. Ialah aku, yang menyerah sebelum benar-benar memperjuangkan. Nyatanya tidak perlu ada perjuangan. Sebab hatimu telah ada yang memenangkan. Sebagai pihak yang mengalah dan sudah mengaku kalah, kemudian aku mengubah arah. Meski hati sepenuhnya masih ingin menujumu, namun kenyataan menyadarkan bahwa rasa kita tak bisa saling temu.
Category: 0 komentar

Halo, sahabatku♥


Halo, sahabatku..
apa kamu tau, sebenarnya kita adalah satu. Aku dan kamu yang selalu beradu rindu padahal setiap hari bertemu, atau aku dan kamu yang menyebar senyum hanya untuk dibagi setiap waktu.

Halo sahabatku..
Katanya kamu tidak tau apa itu sahabat, maka kuberitahu artinya..
adalah yang selalu mengingat setiap detik keburukan, lalu merubahnya menjadi suatu kebahagiaan.

Sederhana sahabatku..
Selalu memburuk resah saat gundah makin hebat meranah..
Lalu kita terbahak menikmati senja, kita yang selalu menertawakan diri karena tingkah anak muda yang tak bisa dicegah..
Saling menepuk pundak lalu menggenggam tangannya saat aku terjatuh. Kalau aku tidak mau bangun, maka kamu terduduk menjatuhkan diri, menemani sampai kita sama-sama merasa sunyi..
Sunyi sahabatku, bukan sepi.. 

Halo, sahabatku..
Aku bercerita ini itu, kadang sebenarnya kamu tidak tahu apa ceritaku
tapi kamu paham betul kapan harus mendengarkan, kapan harus berbicara, dan kapan harus erat menggenggam untuk saling menguatkan..

Halo, sahabatku..
meski ruang dan waktu tak dapat menghentikan langkahmu, lalu kita tak lagi jadi yang bisa berteriak berbagi peluh, jangan hentikan ceritamu
Sebab aku masih bisa mendengarnya meski tidak dengan gendang telingaku.
Sebut saja namaku, mungkin bisa sedikit mengurangi letih yang merambat pelan dalam nadi..

Halo, sahabatku..
Kalau nanti berubah menjadi selamat tinggal, maka itu hanya sebuah perpisahan kecil 
Sebab meski zaman berotasi, tak kan pernah merubah posisi
Aku dan kamu yang akan terus menjadi kita
Lalu aku dan kamu berbagi tawa lagi, nanti.. saat Tuhan mempertemukan kita kembali..

Terimakasih, sahabatku..
Walaupun terimakasih saja takkan cukup untuk mengganti tawa yang kau beri bertubi-tubi
atau, air mata yang menyeluruh saat kita sama-sama terjatuh..
Category: 0 komentar

Sepucuk surat (yang mungkin) cinta


Teruntuk yang tidak bisa kusebut namanya,

Memang ada beberapa kalimat tentang kita yang pada akhirnya kusimpan karena mulut tak sanggup untuk lebih banyak bicara. Beberapa rindu kudekap erat-erat, dengan harapan sebuah pelukan mampu meredam tangisan dan teriakannya yang begitu kuat. Beberapa senyum bahagia kusunggingkan dalam tunduk penuh malu, agar berpasang-pasang mata tidak akan ada yang tahu. Beberapa impian kutuliskan dalam buku catatan yang terkunci, supaya masih bisa kubaca berulang kali, hingga senyum-senyum sendiri. Beberapa potret wajahmu kuletakkan di bagian ponsel yang tidak terengkuh, biar cukup aku saja yang tahu bahwa aku memang sedang mengagumimu dari jauh. Beberapa pujian hanya kuungkapkan kepada Tuhan, sebab hanya kepadaNya aku bisa menyanjung sesering yang aku bisa dan hanya telingaNya yang siap menerima segala pengakuan.

Pada akhirnya nanti, entah sebuah perasaan akan terungkap atau justru begitu saja lenyap. Pada akhirnya nanti, entah kita akan bertemu atau justru tak ada kesempatan lagi untuk mimpi itu. Tapi sebelum dan sesudahnya, ketahuilah sesuatu:

Aku cinta yang tanpa terungkap oleh kata-kata. Aku cinta yang tanpa ingin tertangkap oleh sepasang mata. Aku cinta dan hanya bisa menunjukkannya lewat kiriman doa-doa. Aku cinta dan enggan membubuhinya dengan banyak tanya. Aku cinta yang tidak mau terlalu banyak melahirkan asa. Karena kita hanyalah sepasang yang pada akhirnya tidak bisa. Tapi tak apa, yang penting aku cinta. Dan semoga saja itu cukup.

Category: 0 komentar

Pergi dan berbahagialah

Teruntuk yang sela-sela jemarinya tak lagi hanya berupa udara,

Bukan hal yang mudah untuk tetap meyakinkan diri sendiri, bahwa kamu masih mungkin untuk dimiliki. Bukan hal yang mudah ketika ingin terus melangkah, saat jalan tak lagi temukan arah. Bukan hal yang mudah untuk melepaskan, meski kenyataannya memiliki pun tidak. Bukan hal yang mudah untuk membiarkan jejak-jejak kakimu hanya tinggal bekas, lalu kamu menujunya dengan harapan yang tanpa batas.

Pencinta diam-diam mungkin ialah orang-orang yang bisa bermimpi dengan terlalu tinggi, namun bisa juga tersungkur bebas dan membiarkan air mata mengalir dengan deras. Mereka bisa berbahagia lalu diserang impian milik mereka sendiri. Mereka berkawan akrab dengan angan-angan yang barangkali memang ketinggian. Mereka setengah mati mengukir senyum pada lapisan-lapisan kesedihan paling dalam. Mereka menghidupi mimpi-mimpi sendiri, lalu menghibur diri dengan cara yang sama.

Entah mengapa menjadi sesulit itu untuk membiarkanmu pergi, meski pada awalnya, aku pun tahu pasti kamu tidak akan pernah berada di sisi. Entah mengapa menjadi sesulit itu untuk membiarkanmu dengan yang lain, meski sejak awal aku tahu dengan pasti bahwa kita hanyalah tidak mungkin. Entah mengapa menjadi sesulit itu  untuk menyeka air mata sendiri, meski selama ini pun aku melakukan segala sesuatunya dengan mandiri.

Pada akhirnya, bahagia adalah apa yang akan aku minta pada Sang Maha. Meski akhirnya, bukan dengan aku kamu akan mengukirnya. Pada akhirnya, ada hati kecil yang selalu berupaya untuk menerima, dan semoga kamu senantiasa baik-baik saja.

Suatu hari nanti, ketahuilah sesuatu, bahwa aku pernah dengan diam-diam mencintaimu.

Dari yang mengagumi namun dengan sembunyi-sembunyi,
Aku.
Category: 0 komentar
Hari ini tak ada yang berbeda, semua masih serba serupa. Aku yang masih mengingat dan menginginkan kita, serta kamu yang masih jauh di mata, namun hatiku belum sanggup mengakhiri semua cerita.Jika boleh, aku ingin meminta, sisakan untukku cintamu itu. Jangan percuma kamu berikan pada mereka yang tak lebih menginginkannya daripada aku.


Bukannya aku tak pernah menghindar, tapi kamu selalu tiba dan menahanku untuk keluar. Kadang aku heran dengan teka-teki yang Tuhan berikan. Jika memang ujungnya kita tak bersama, mengapa Tuhan masih memberikan temu yang bernyawa membangitkan angan-angan untuk bersatu? 


Hati sudah terlalu sakit diberikan resep-resep palsu untuk berhenti mencintaimu. Entah siapa yang bisa mengajariku mengentikan rasa itu.

Yang aku ingin hanya bisa mengikhlaskan, jika melupakan begitu mustahil dilakukan. Yang aku harap hanya bahagia yang kembali nyata, meski harus dilalui tanpa sebuah ‘kita’.


Aku hanya ingin menjadi yang pernah mencicipi rasanya mencintai tanpa harus dapat kembali. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya perempuan yang masih bisa bersyukur tanpa mengukur-ukur apa yang seharusnya kau berikan secara teratur.


Setidaknya kau bisa merasa, mana yang seharusnya kau perjuangkan. Aku yang mencintaimu tanpa mengharap imbalan atau sesosok lain yang selalu menyumbang kepahitan.

Terima kasih karena kamu sudah mengajariku bertahan dari rasa-rasa pahitnya cinta. Setidaknya dulu aku tak sedewasa ini.


Terima kasih, untuk menjadi alasan atas segala perubahan yang ada selama ini. Maaf, untuk segala terima kasih yang belum juga terucap hingga kini.
Category: 0 komentar
Tak bisakah sekali saja kau melihat makna tesirat yang ada dalam tatapan mataku? 
Aku memang membingungkan. Aku ingin kamu tahu apa yang aku rasakan, tapi entah mengapa aku tak punya sedikit saja nyali untuk mengungkapkannya. Berilah aku satu tanda tentang perasaanmu kepadaku. Aku tahu kita hanya kisah yang direka. Seluruh kata disunia ini tak cukup untuk mnegutarakan perasaanku padamu. Dimataku kau tampak selalu sempurna. Hingga malam ke 1001, torehkanlah sedikit tinta cinta dihatiku. Seluruh memori otakku penuh akan kisahmu. 

Tak bisa kualihkan pandanganku dari indahnya ciptaan Tuhan pada wajahmu. Indra penciumanku hanya bisa mendengar aroma tubuhmu. Sekali lagi berilah aku suatu tanda, agar aku tak mencintaimu dalam diam dan kau tetap dalam ketidaktauan.



Tika 
Category: 0 komentar

Hanya Berani memendam tanpa berani berucap

Aku adalah sepenggal kisah yang ada dihidupmu, aku yang selalu menemani disaat kamu susah, sedih, dan senang. Aku selalu mencoba menjadi wanita yang tegar dan selalu ceria. Keceriaanku akan kubagi kepada setiap orang yang membutuhkan karena aku yakin mereka juga akan merasakan kebahagiaan.

Kesabaranku ada batas akhirnya, aku bukanlah robot yang dapat menahan rasa kecewa dan sakit hati. Akuu hanya ingin dimengerti, aku juga ingin menjadi seorang wanita yang disayang oleh kalian. Sikap kalian sudah mengajarkanku arti kesabaran, tapi tidak mengajarkanku arti menghargai dan menjaga perasaan orang lain. Aku sudah merasakan sakit hati ini dan kecewa. Luka dihati ini rasanya sakit dan tak dapat disembuhkan lagi. Aku hanya ingin disayang oleh kalian. Tolong sayangi aku, sayang kalian berarti untukku.



Mutiara Qulbi
Category: 0 komentar

Aku yang ahli berpura-pura, atau kamu yang terlalu ahli menanamkan luka?

Rupanya bepura-pura tak semudah yang kukira. Kusuruh hati menyabarkan diri, meski dengan cara itu juga ia melukai. Aku tak mau menyebut ini perasaan rahasia, meski memang ada hatiku yang diam-diam telah tersia-sia.

Pilihanku sepertinya hanya ada dua, pilih luka dengan menutup mata berpura tidak ada apa-apa atau luka dengan membeberkan semuanya? Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi nanti.

Maka biar rasa ini kutelan pelan-pelan. Biar sedih ini aku saja yang merasakan, sebab luka tak semestinya kubagi-bagikan. Entah sudah berapa tetes air mata yang seharusnya kutahan, namun aku paling piawai dalam mengekspresikannya dengan senyuman.

Bukankah sebagian daripada hidup ini adalah sandiwara? Dan untuk kali ini, akulah sang pemeran utama. Ada sedih yang kupendam rapat-rapat. Ada pedih yang kugenggam erat-erat. Hingga mereka pikir aku adalah sosok yang kuat. Nyatanya tidak.

Ada sesuatu di dalam aku yang perlahan-lahan mulai runtuh. Ada sesuatu di dalam aku yang perlahan-lahan mulai meretak, dan mungkin sebentar lagi akan hancur. Ada sakit hati yang tertahan, dan entah kapan akan tersalurkan.

Di layar kaca penuh pura-pura ini tersusun skenarioku tersenyum bahagia. Di antara tak rela juga tak tega. Aku sudah terbiasa menahan tangis sambil tersenyum manis. Kamu tidak pernah tahu bukan?

Aku tak pernah menyangka bahwa tak perlu banyak belajar untuk menjadi aktor sandiwara. Cukup beri betubi-tubi luka, dengan kesabaran sebagai topengnya. Lalu dialog meyakinkan dan senyum selebar-lebarnya. Bukan bermaksud menjadi yang palsu dihadapanmu. Hanya saja, aku terlalu takut menemui kenyataan yang tak sesuai inginku.

Tidak semuanya tahu bahwa ada isak yang kuendap dalam diam.Karena ketika mereka tahu pun, belum tentu mereka peduli. Hanya kepada Sang Maha, tangisku tercurah tanpa sandiwara. Dan hanya kepadaNya, aku tahu bahwa pura-puraku hanyalah sia-sia.

Aku terluka, tapi Tuhan tak buta. Dia melihat apa yang tersembunyi dibalik hati. Tak ada yang bisa membohongi, meski kubilang tak apa ratusan kali. Berserah kepadaNya, biarlah Dia yang mengambil alih posisi nahkoda dalam setiap cerita. Bahagia pasti punya jalurnya, akupun ada di dalam alurnya. Ya aku percaya.

Hanya ada dua alasan mengapa seseorang tersenyum; 1. Ia memang benar-benar sedang bahagia, 2. Ia sudah terlalu lelah merayakan pahitnya hidup dengan duka.

Jadi, kamu itu sebenarnya yang mana?


Category: 0 komentar
Tak banyak yang berubah dari pertemuan kita tempo hari. Kita masih saling bertegur sapa. Kita masih saling mencuri pandang. Kita masih saling mengetahui bahwa ada yang belum selesai di antara kita; perasaanku. Padahal sudah kucoba menguburnya secermat mungkin, bahkan dari ingatanku sendiri. Namun, kehadiranmu yang selalu tertangkap kamera hati, tak mungkin bisa kupungkiri. 

Ada yang selalu tertangkap mata, dan di dalam jangkauannya kamu selalu ada. Ada yang selalu terdeteksi indera penciuman, dan segalanya hanya tentang harum tubuhmu yang tak mampu terlupakan. Entah apa maksud di balik pertemuan yang selalu disuguhkan semesta, hingga aku selalu mampu dibuatnya bertanya-tanya. Jikalau ini semua hanyalah kebetulan, mengapa frekuensi pertemuan kita tampak terlalu berlebihan? 

Tentang kebetulan-kebetulan yang seperti disengaja Tuhan, kuharap, ini bukan sebatas perasaanku saja. Salahkah aku, jika mendoakan ada percikan rasa tumbuh lagi di antara aku dan kamu? Salahkah aku, jika terus menginginkan temu tanpa jemu? Salahkah aku, jika hanya denganmu aku merasa seperti itu?

Sungguh, aku ingin berhenti sampai di sini. Ingin berpindah ke lain hati. Ingin menemukan bahagiaku sendiri. Sebab, jika pandangan terus tertutup oleh bayangmu, tak pernah sempurna cinta mampu kumiliki.

Mungkin salah satu dari kita harus ada yang mengalah. Aku yang seharusnya berbalik arah, atau kamu yang menujuku selangkah demi selangkah.

Jika semesta benar-benar mendukungku untuk pindah ke lain hati, mengapa sosok yang begitu sering kutemui hanyalah kamu lagi?

Sudah kucoba tahu diri, menghilang dari segala sudut pandanganmu yang gemar mencari-cari. Agar kamu tak perlu memberiku asa lagi, dan aku tak perlu menyembunyikan rasa lagi. Namun, takdir berkata lain.

Sebetulnya percuma jika aku berharap mampu memutar detik waktu, maka biarkan aku berdoa agar perasaanku tak melulu ingin terus menunggu dan menujumu. Aku ingin kamu, namun jika ternyata rasamu tak cukup kuat untuk membuat aku dan kamu menjadi kita, aku bisa apa? 

Pergilah kamu, tutupi hadirmu dari kunjungan pandang mataku. Biar debur dalam dada ini tenang. Biar isi kepala ini berhenti sibuk mengenang. Biar suatu hari, jika kita dipertemukan lagi, aku telah menjadi aku yang kuat; yang tidak kepadamu lagi rasa ini terikat.

~Pramesti laksmi


Category: 0 komentar

“Terutuk siapakah semua tulisanmu itu, Rin?”

Seseorang bertanya padaku “ Siapakah sebenarnya sosok yang selalu kamu tulis dalam setiap bait kata-kata itu, rin?” Entah. Aku tak bisa menjelaskan siapa dia sebenarnya.

Kamu. Ya, semua kata ‘kamu’ dalam tulisanku memang selalu teruntuk pada satu orang. Hanya ada sebuah nama menduduki hatiku dengan tenang, dan selalu menjadi tempatku pulang.

Tapi sebenarnya ‘Kamu’ pada semua tulisanku adalah sesosok maya. Dia tidak nyata. Dia tidak ada.

Dia hanya seorang sosok lelaki menawan yang aku gambarkan dalam ilusi. Sosoknya hanya bisa aku temui dalam indahnya bayangan yang aku ciptakan sendiri. Dia tampak menawan dalam gambaranku, selalu tampak sempurna dalam berbagai sisi.

Tapi jika kau tanya apakah perasaan ini nyata untuknya? Iya, ini nyata. Aneh memang. Aku mempunyai perasaan hanya pada sosok yang tak pasti. Sosok yang tak tahu dan tak akan pernah tahu tentang semua perasaan yang terpendam selama ini karena dia hanya seorang sosok yang penuh misteri. Sosok yang hanya bisa aku sebut dan aku kagumi dalam hati.

Kusebut dia seorang yang tak nyata. Dia tak pernah nyata, karena setiap rasa yang dia cipta selalu maya. Dia seperti udara, tak terlihat namun kehadirannya bisa dirasa. Bahagia, duka tentangnya seperti sebuah coretan yang tak sengaja tergambar namun tak bisa dihapus begitu saja.

Dia sosok yang hanya bisa aku lihat sendiri . Sendiri? Ah, tidak. Dia terlihat nyata untuk orang lain, sosoknya benar-benar nyata dirasa. Hanya aku yang tak bisa menikmati indahnya setiap inci pahatan tuhan pada dirinya. Dan entah aku harus menyebut ini apa ; antara nyata dan maya?

Karena perasaanku nyata untuk seseorang yang sebenarya tak pernah ada.
Category: 0 komentar
Di sebuah ruangan yang dipenuhi kesunyian, rindu demi rindu berlarian, air mata demi air mata berjatuhan. Entah dimulainya sejak kapan, cinta ini sepertinya sudah cukup lama aku pendam sendirian. 

Sunyi sudah menjadi teman, sejak kutahu aku bagimu tak mungkin menjadi pasangan. Aku ingin kamu menginginkanku. Satu kalimat yang kemudian menguap seiring berlalunya waktu. Betapa menjadi yang tulus mencintai, menanti sepenuh hati, tetap saja bukan jaminan akan balas dicintai. Apakah cinta memang begini? Apakah cinta bisa setega ini, ataukah aku yang salah menangkap arahan Tuhan tentang rasa di hati? 

Terkadang aku ingin cinta kita semudah membalikkan telapak tangan, namun kusadari bukan dengan sesingkat itu mimpi bisa terwujudkan. Terkadang aku ingin cinta menemukan tujuannya setelah lelah berjalan tanpa henti. Namun mungkin waktunya bukanlah saat ini. Mungkin tujuanku semestinya bukan kamu. Mungkin aku tidak perlu membuang waktu untuk terus menunggu.Sebut saja kedua mataku buta, yang tak juga menyadari ketika lampu merah ke arahmu sudah benar-benar menyala. 

Bersandar pada ketetapan hati, aku terus menanti. Meski kutahu bukan aku alamat rumah yang hatimu cari. Cinta ini sudah terlanjur, dan yang tertinggal hanya serpihan hati yang hancur. Namun belum menyerah aku memperjuangkanmu, sebab belum ada lain hati yang mampu mengetuk pintu di dadaku.

Jika aku terus mengharapkanmu, bolehkah? Aku hanya ingin menjadi yang pintar mencintai, meski tak begitu fasih dalam ilmu memiliki. Sementara hati ingin menjadi satu-satunya yang kamu ingini, cinta pun berkata, ia tak ingin membenci. Tak apa aku bukan untukmu, tak apa kita tidak saling menuju. Tetap saja segala harap, semua rindu, setiap peluk bermuara padamu. 

Jika boleh sekali saja tertawa untuk perjalanan yang entah kapan habisnya, bolehkah aku? Jika selamat tinggal adalah satu-satunya yang tersisa, ketahuilah bahwa selama ini kamu pernah menjadi sosok yang benar-benar aku cinta.

Mengagumi dari jarak sejauh ini adalah pintu bahagia yang kupilih.Dan semoga kelak, Tuhan akan memberiku kunci untuk pintu menuju bahagia yang lain: merelakanmu, misalnya. 

Aku bukanlah siapa-siapa, tentu saja aku harus rela jika pada akhirnya kamu berjumpa dengan dia yang ditakdirkan semesta. Dan aku memang bukanlah siapa-siapa, justru itu yang membuatku harus menelan perihnya luka. Jika mencintai dalam diam adalah jarak terjauh yang mampu hatiku tuju, semoga secepatnya bahagia datang menujuku.

Aku tersenyum lemah pada bayanganku sendiri, seraya bertanya: Masih sanggup menanti? Tak lelahkah hati? Gaung namamu dalam bisu bibirku lebih nyaring daripada seluruh tanya itu. Dalam hati, cinta padamu terus mengaliri sepi.
Category: 0 komentar

Tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu..

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa di setiap langkah seseorang, kamu ada. Di setiap rindunya, kamu memenuhi. Dan di setiap doanya, kamu disebutkan. Sebegitu berharganya kamu di dalam hidup seseorang, dan salah satunya adalah hidup saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa di luar sana, ada seseorang yang teramat mengagumimu dari kejauhan. Di luar sana, ada seseorang yang menghidupi setiap harinya dengan angan tentang kamu. Dan di luar sana, ada seseorang yang belajar untuk mengerti bahwa kamu tidak untuk ia miliki. Itu benar, dan salah satu yang akan mengaku adalah saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa ada yang tampak bahagia meski hanya berada sekian langkah daripadamu dan tidak ada yang lain kecuali sepi. Bahwa ada yang tampak malu-malu menatap ke arahmu karena tidak ingin orang lain menjadi tahu. Bahwa ada yang tampak sama sekali tidak mengenalimu, saat salah seorang membicarakan tentang kamu kepadanya. Bagaimana mungkin? Bahkan hari-harinya diisi dengan mencari segala sesuatu yang tentang kamu. Dan ya, salah satunya adalah saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk saya mewujudkan sesuatu: bahwa saya ingin suatu saat nanti kita menjadi akrab. Bahwa saya ingin suatu saat nanti saya mendapat kesempatan untuk menyatakan yang selama ini saya rasakan. Bahwa suatu saat nanti kita akan benar-benar saling kenal. Saya hanya merasa tidak punya keberanian untuk itu semua. Ya, itu semua memang hanya keinginan-keinginan tertinggi saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk Tuhan menganggukkan kepalaNya terhadap keinginan-keinginan saya. Tapi biarlah saya menunggu hingga pada kesempatan yang Tuhan berikan, untuk menunjukkan betapa saya pernah sebegitunya mengingini kamu. Saya tahu, kita memang tidak untuk saling menyatu. Saya hanya berharap, sama seperti kebanyakan orang yang telah menyadari bahwa dirinya sedang jatuh cinta. Dan ya, cinta saya jatuh kepada kamu.
Category: 0 komentar

Ada yang mengharap, tanpa pernah kamu tahu

Ada yang mengharap kamu untuk hadir sekali lagi, meski ia tahu semuanya hanya bisa terjadi hanya di dalam mimpi.
Ada yang mengharap kamu untuk kembali, meski ia tahu sudah ada yang lain—berdiri dengan tegak di sisi, melindungi.
Ada yang mengharap rindu untuk pulih, bersamaan dengan ceritanya dengan seorang teman—tentangmu yang entah kapan akan membuatnya letih.
Ada yang mengharap bahwa dalam doa, ia cukup untuk meminta kepada Sang Maha agar sekiranya kamu bisa berbahagia.
Ada yang mengharap sebuah pesan akan mampir sebentar ke ponselnya. Pesan yang singkat—asal darimu, menanyakan hal yang tak penting pun tak apa.
Ada yang mengharap kamu untuk tetap ingat segala hal yang ingin ia lupakan tanpa niat.
Ada yang mengharap renyah tawamu, meski ia harus berpikir keras bagaimana caranya untuk melakukan hal yang konyol namun lucu.
Ada yang mengharap kamu akan baik-baik saja, meski itu artinya ia harus merelakan hampir segalanya.
Ada yang mengharap kamu memikirkannya sebentar saja, saat ia sedang benar-benar memikirkanmu seutuhnya.
Ada yang mengharap untuk ditugaskan menjadi satu, di hatimu.
Ada yang mengharap kamu agar tidak tahu bahwa selama ini, dari jauh, ia cukup jeli dalam mengamatimu.
Barangkali saja itu dia, yang selama ini sedang diam-diam mengagumi, namun kamu belum juga menyadarinya.
Sederhana saja, jika kalian akan baik-baik saja sebelum dan sesudahnya, ia mungkin tidak akan mencintaimu tanpa suara.

-Pramesti laksmi 
Category: 0 komentar

Bisu Sendiri

Kornea hatimu terlalu buta, tak bisa melihat sisi hatiku yang terlupa sekaligus terluka. Aku tahu, dengan memperbanyak tanya dalam kepala tanpa mengeluarkan suara adalah wujud upaya sia-sia. Jika saja ada cara untuk menyadarkanmu tentang apa yang tersimpan tanpa menetaskan keberanian. Karena kini aku begitu takut, perasaanmu telah menciut.

 Tak mudah merasakan segalanya seorang diri, sementara sesungguhnya segala hal tentangmu ingin kubagi. Jangan salahkan hati yang tak mampu beritakan padamu tentang apa-apa. Sebab aku terlalu takut terluka jika yang nantinya kau beri hanya kecewa. 

Apa rasanya jadi kamu, sesosok yang tak pernah luput dari daya ingatku? Apa rasanya jadi kamu, seseorang yang kusayang dengan terlalu? Apa rasanya jadi kamu, yang tak pernah tahu ada aku setia menunggu? 

Ada seorang pengagum yang dengan sangat baik memendam rahasia tentang perasaannya. Ada yang dengan begitu rapi menyembunyikan diri sehingga tidak mudah terlihat oleh mata. Ada yang mendoakan kebahagiaanmu meski terjadi bukan karenanya. Ada yang berandai-andai jika saja kamu tahu siapa yang telah membuatnya jatuh cinta.Namun ia tahu, ia sedang berharap pada sebuah ketidakmungkinan. 

Harus berguru pada siapakah hati agar ia berani mengungkapkan opini? Harus berguru pada siapakah kamu agar rajin mengisi hati dengan namaku? Harus berguru pada siapakah kita agar sama-sama bisa menjaga hati tanpa melukai? Seandainya ada yang bisa mengoreksi kerja hati kita.

Sebuah bisu kupelihara dalam bisingnya aksara di kepalaku. Ingin diutarakan, namun ragu menghalangi jalan. Ingin dipendam sendirian, namun entah hingga kapan bisa bertahan. 

Bukankah ini perihal mulut yang enggan mengungkap dan kamu yang tidak juga peka? Adilkah ketika aku bertanya di mana semesta saat aku sedang benar-benar berharap pada sebuah kebetulan? Ah sudahlah, kini biarkan aku memberi pengertian untuk diri sendiri, bahwa mungkin saja aku telah salah menentukan arah. Mungkin saja menunggu adalah jawaban terbaik, meski tidak sepenuhnya membuat keadaanku membaik.


-Pramesti Laksmi . Diperuntukkan bagi mereka yang sudah begitu lemah untuk memendam, namun masih menikmati jatuh cinta dengan diam-diam.
Pegangin hatinya, ya. Kalo udah nggak kuat, ungkapin aja :')
Category: 0 komentar

Sepucuk yang ke sekian dan masih tanpa nama

Benak saya menyimpan segala tentang kamu terlalu lama. Bahkan ketika langkah kaki mulai menuju ke masa depan, pikiran saya masih bertahan di hari di mana kita akhirnya benar-benar dipertemukan.
Di detik di mana sepasang mata kita saling bertemu, serta raut wajahmu yang tampak begitu kebingungan tanpa senyum ataupun tawa, saya berharap waktu berhenti saat itu juga, namun percuma, saya terlalu malu untuk menatap kamu lama-lama. Dengkul saya melemas, jantung saya berdegup begitu bebas. Itu adalah hal pertama yang tidak akan saya lupa.
Lewat kedua tangan yang akhirnya saling berjabat, saya tahu semesta sedang berkonspirasi dan menciptakan kebetulan demi kebetulan. Langkah kaki yang tampak begitu tepat, hingga menuju ke pertemuan dengan waktu yang akurat. Senyum dan jarak yang begitu dekat adalah yang senantiasa akan saya ingat.
Terima kasih, karena telah menjadi hadiah yang begitu indah dan menjadi lebih dari apa yang selama ini pernah saya minta pada Tuhan.
Category: 0 komentar

Sebab Mencoba Melupakanmu...


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas niat. Karena hanya membuatku semakin ingat.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas ucap kata-kata, sementara isi kepala masih saja tentang kita.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas keinginan, sedangkan di dalam benak kamu masih saja dipersilakan untuk berlarian.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas wacana, sedangkan yang kulakukan tetap saja mendoakan kita terus bersama.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas janji pada diri sendiri, yang kemudian tanpa sesal telah kuingkari beberapa kali.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas tujuan. Sedangkan jika aku tetap tak ingin terpisahkan; percuma.


Sebab mencoba melupakanmu tak pernah menjadi hal yang pasti. Aku terlalu pandai untuk menjadikan kenangan begitu abadi.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebuah ambisi. Sedangkan jatuh cinta padamu sudah menjadi repetisi.


Sebab melupakanmu hanyalah sebuah jalan yang tak akan pernah menemui permulaan.


Sebab melupakanmu hanyalah usaha yang sia-sia pada akhirnya nanti.


Sebab melupakanmu hanyalah sebatas wacana yang akan tetap menjadi wacana. 
Category: 0 komentar

Terima kasih, Mama


Mama, terima kasih banyak..

Untuk menjadi penyemangat yang cukup lebay. Orang bilang Ibu adalah penyemangat nomor satumu. Bagiku, kau yang paling beda. Kau yang paling lebay, Mama. *ngilang*

Untuk tidak pernah membatasi pertemananku, karena telah cukup percaya bahwa aku bisa menjaga diriku sendiri.

Untuk tidak pernah melarangku pulang malam meski dengan syarat, karena percaya bahwa aku telah cukup dewasa.

Untuk senyum yang bahkan aku tahu bahwa di baliknya tersimpan cukup banyak luka tertahan.

Untuk pelukan yang selalu terbuka lebar bagi siapapun, dan mata yang tidak pernah  memandang.

Untuk kecukupan akan kebutuhan-kebutuhanku sehari-hari.

Untuk perhatian yang tidak akan pernah ada habisnya.

Untuk doa yang tidak mengenal jeda.

Untuk kesabaran dan ketabahan tanpa batas.

Untuk masakan-masakan lezat tanpa banding.

Maaf aku kerap menyakitimu baik sengaja maupun tidak. Maaf untuk air mata yang sebagian besarnya karena ulahku. Maaf masih belum bisa membahagiakanmu dengan kerja kerasku sendiri. Maaf, aku bukan anak yang mampu mengungkapkannya secara langsung.

Tapi aku menyayangimu meski gerak-gerikku sedang seperti tak acuh.
Category: 0 komentar

Kamu dengan segala musim

Satu.
Awal tahun dengan segala mengigilnya, aku berharap kamu untuk datang menyatakan segala mimpi yang pernah ada. Aku butuh sepasang tangan. Lebih dari itu aku merindukan sebuah kehangatan. Aku mendambakan kamu untuk hadir dan mengusir sepi yang entah kapan akan berakhir.

Dua.
Sekuntum demi sekuntum bunga pada berpetak-petak lahan mulai tumbuh, namun hatiku belum juga menemukan milikmu yang sudah terjatuh. Sekuat apapun keinginan, setinggi apapun harapan, ternyata tak juga membuatku mampu untuk merengkuh. Nyatanya, kita hanyalah dua di antara yang terlalu jauh.

Tiga.
Mentari memang tampak mulai bersahabat. Akankah ia juga akan membawaku pada nyaman yang juga memberi hangat? Langit memang sudah kelihatan begitu cerah. Akan serupakah dengan hati yang belum memilih untuk menyerah? Beberapa sejoli memang pada akhirnya memilih untuk menghabiskan waktu bersama. Akankah kamu keluar dari tempat persembunyian dan menujuku yang sudah menanti cukup lama?

Empat.
Gairahku semestinya tidak ikut-ikutan gugur, seperti dedaunan yang mulai luruh mengikuti alur. Seperti menyadari tidak akan ada lagi harapan, lalu hati pada akhirnya takluk di titiknya tempatnya selama ini bertahan. Tidak ada lagi jalan dan kita memang bukan untuk saling beriringan. 

Aku sudah menunggu hingga musim keempat, kamu tidak juga kudapat. Entah memang harus lebih lama lagi menunggu, atau lebih baik mengubah arah tuju.


-Pramesti Laksmi
Category: 0 komentar

"Aku lupa kapan tepatnya aku mulai menyimpan sebuah rasa. Namun tidak akan aku lupa bagaimana leganya sejak menyadari bahwa perasaan itu adalah cinta."

Category: 0 komentar

Seseorang di luar sana

Seseorang di luar sana, sedang merindukanmu dengan terlalu, bahkan di saat kamu justru sedang tertidur lelap.

Seseorang di luar sana, merasa agak aneh dan kurang pantas dengan cinta yang sedang ia pelihara sendirian.

Seseorang di luar sana bisa tiba-tiba memiliki degup jantung yang begitu cepat, hanya karena ia melihat namamu, di sebuah tempat.

Seseorang di luar sana, sedang menunggu kesempatan yang lain untuk kalian berdua bisa kembali bertemu.


Seseorang di luar sana, mendambakan kamu bisa memiliki perasaan yang sama.


Seseorang di luar sana, berbahagia untuk kebahagiaanmu tanpa sedikit pun sandiwara.


Seseorang di luar sana, ingin tahu begitu banyak tentang kamu.


Seseorang di luar sana, berteman baik dengan cemburu tanpa pernah ia minta.


Seseorang di luar sana, mencoba untuk bisa terlihat baik di matamu.


Seseorang di luar sana, barangkali tanpa henti membicarakanmu dengan beberapa teman dekatnya.


Seseorang di luar sana, memikirkanmu di setiap waktu yang memungkinkan.


Seseorang di luar sana, mencintaimu dengan caranya. Dan mungkin saja secara diam-diam.


Pada akhirnya saya tahu, mencintai kamu tidak akan berakhir seperti dongeng-dongeng yang pernah ada. Namun sekalipun ujungnya hanyalah air mata, saya yakin itu adalah wujud lain dari sebuah bahagia.
Category: 0 komentar

"Pada rangkaian bangau kertas yang ke-seribu, entah sudah berapa waktuku tersita di dalam situ, namun yang jelas dalam harapan hanyalah kamu"

Category: 0 komentar

Seribu Rangkaian Bangau Kertas


Tak seperti biasanya. Pada selembar kertas kosong, saya tidak melihat mimpi-mimpi tentang kita, saya tidak memikirkan tentang sebuah masa di depan sana. Saya mengambil dan membentuk beragam di lipatan padanya, hingga jadilah serangkai burung bangau kertas.

Kata mereka, jika kita memiliki sebuah permintaan yang rasanya sulit untuk diwujudkan, buatlah burung bangau kertas hingga seribu jumlahnya, lalu mintalah. Mudah-mudahan permintaan kita akan dikabulkan. Saya tidak percaya, namun nyatanya memilih untuk membuatnya juga.


Hingga pada rangkaian bangau kertas yang ke seribu, nyatanya yang selalu saya sebut hanya namamu. Hanya sekadar kamu tahu, bahwa yang saat ini sedang saya minta adalah segala sesuatu yang tentang kita.


Suatu saat nanti, ketahuilah sesuatu, bahwa seseorang pernah menggunakan cara yang (bagi sebagian orang) begitu lucu hanya untuk memintamu, dan itu adalah saya.
Category: 0 komentar
Halo laki-laki yang terobsesi menjadi keren.

Coba katakan padaku, apa sebenarnya mantra sihirmu. Lama-lama aku bingung, kenapa berhenti mencintaimu sama susahnya dengan menjilat ujung hidungku sendiri? Kenapa tidak tertawa pada semua lelucon basimu sama susahnya dengan membangun menara dari kartu remi?

Coba kamu sekali-sekali bertanya padaku, seberapa besar aku mencintaimu. Aku pasti akan diam saja. Karena aku kehabisan kata-kata. Bukan. Bukan berarti cintaku sebegitu sempurnanya, hanya saja aku terbiasa mencintai kamu tanpa kata-kata. Dan aku tahu aku tidak perlu itu.

Coba saja kamu tahu seperti apa hari-hariku. Aku bukannya selalu mencari cara untuk membuat kamu selalu mencintai aku. Sebaliknya aku selalu menabahkan diri sendiri, bersiap jika seandainya kamu direnggut suatu hari. Atau jika tetiba rasa cintamu berhenti. Aku benar-benar tidak pernah takut. Aku cuma takut kenangan tentang kamu akan menguasaiku, tapi aku tahu kenangan akan kamu tidak akan pernah kubiarkan mati.

Halo laki-laki dengan sedikit ekspresi.

Coba sekali saja kamu tunjukkan padaku, kamu belum berhenti mencintaiku. Lalu aku berjanji, aku akan berhenti berpikir kamu akan pergi.
Category: 0 komentar

Kepada Wanita Yang Memenangkan Hatinya


Hai, cantik. Selamat Sore. Apa aku mengganggumu? Aku harap tidak.

Aku memang tak pernah tau siapa kamu, tapi tak bisakah kau luangkan waktumu sebentar saja untuk membaca ini? Aku ingin bercerita sesuatu kepada kamu.

Cantik, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Aku ingin bertanya tentang dia yang kau buat jatuh hati.  Cantik, aku telah berusaha sebisaku membuat dia jatuh kepadaku. Tapi cantik, aku lelah, aku sudah tidak mampu lagi. Dia benar-benar membingungkan. Aku menyerah

Cantik, aku iri padamu. Bagaimana caranya membuatnya peduli? Apa yang kamu miliki dan aku tidak? Apa yang dia cari? Apa kurangnya hati yang tulus dan cinta yang nyata? Aku lelah, cantik. Untuk apa aku menggarami air laut?

Cantik, mungkin hingga detik ini ada kamu di relung hatinya. Tak masalah, selama ada banyak aku di sana. Cantik, apa kamu pernah mencintainya sebanyak aku? Karena kau tau, cantik? separuh napasku itu selalu tulus mencintai.

Cantik, kau harus tahu seberapa banyak aku mencintanya. Cantik, rindu yang aku rasa selalu tertuju kepadanya. Tak pernah habis rindu ini terasa. Aku lelah, cantik. Aku lelah.

Cantik, demi Tuhan, kau harus tahu seberapa besar aku mencintainya. Senyum laki-laki itu selalu menawan. Lengkungan bibirnya seolah mengajak bibirku turut melengkung ketika melihatnya. Kemudian ketika kulayangkan pandanganku pada matanya, selalu indah, selalu bening, matanya sebiru lautan, sebening embun yang memilih pergi meninggalkan daun ketika fajar mulai menyapa. 

Kau tahu kan, cantik, wajah itu selalu sama dengan awal aku lihat. Selalu cerah, selalu menyenangkan. Tiap inci pahatan Tuhan pada wajahnya seolah tanpa cacat. Ah, kata-kata ini selalu aku ulangi. Jantungku selalu berlomba berdegup ketika melihat tawa kecil dari bibirnya. Tawanya renyah. Tawanya candu. Indah. Seindah melodi-melodi musik yang mereka lantunkan dalam halus gesekan biola. Semakin lama, tawa itu akan semakin menjadi candu, pengisi ruang kosong dalam setiap kotak musik dalam hati. Semakin lama, tawanya akan semakin menghipnotis, menyedot habis semua perhatian, mengikis habis semua sepi.

Cantik.. kau pasti tahu, matanya, senyumnya, tawanya.. Dia, selalu sama. Akan selalu membuatku ingin menggerakkan penaku, membiarkannya menari diatas kertas. Dia, lautanku, dan aku tahu akan selalu begitu.

Cantik, ajari aku untuk menjadi kamu. Beritahu aku rahasiamu.
Category: 0 komentar

Dua dalam diam

Untuk kamu yang terlebih dulu memilih diam.

Surat ini ku sampaikan karena aku tak mau menahan semua rasa yang tak bisa ku berikan lewat diam. Surat ini tak punya suara. Mereka hanya seonggok kata yang (mungkin) tidak bisa menyogokmu bersuara. Ramuan kata yang di buat jemariku ini memang tak punya suara, tapi mereka punya rasa. Mungkin semacam rasa yang bermacam-macam karena diammu yang menghadirkan. Semacam rasa yang saling berteriakan. Semacam rasa yang membuatku geregetan. Ku rasa mereka perlu di sampaikan karena hanya di sini aku bisa bersuara dalam diam. Aku tau kita sedang sama-sama sibuk dalam diam. Diam yang mungkin (tidak) mengasyikan. Entahlah, tapi diammu menyadarkanku, aku rindu suara itu. Kecintaanku pada ceritamu, pada suara yang menyatakan kehadiranmu.

Diammu itu menghawatirkan. Sedang di hampiri dukakah kamu hingga senyummu pun tak kelihatan. Diammu itu selalu ku pertanyakan. Apa diammu itu justru adalah jawaban? Diammu itu seperti meragukan. Apa ada salah yang telah ku lakukan? Diammu itu seperti menghanyutkan sehingga aku ikutan diam.  Aku tak ingin mengusikmu, hanya diammu justru yang mengusikku. Apa justru diammu karena suaraku tak keluar lebih dahulu? Mungkinkah begitu? Sungguh, aku tak bisa membaca kodemu. Karena garis transparan itu sudah menjadi garis pekat yang susah di lewati. Jujur tulisan ini ku sampaikan karena aku sudah tidak tahan. Ingin bangun lalu pergi menemukan kita sudah tidak saling diam-diaman. Aku takut lama-lama diammu itu membuat posisiku tergantikan. Karena diam sudah seperti teman. Kita memang dua dalam diam. Tapi tulisan ini bukti aku bersuara hari ini, menyatakan rasa yang sejak lama rindu ingin lagi ku bagi.

Ps : Tolong jangan lama-lama diam. Aku lebih cinta ketika kamu memunculkan keberisikan.
Category: 0 komentar

KAMU by Adeliany Azfar

Dari kemarin saya masih kepikiran sama sinopsis novel yang dibawa tiya kesekolah. Sinopsisnya bener-bener 'wah' banget. Pengen baca, cuma males aja segitu tebelnya.
Iseng saya googling ketemu juga novel yang judulnya "KAMU-Kenangan tentang luka dan cinta" Karya Adeliany Azfarvel.

"Pada musim kala itu, kau genggam erat jemariku. 
Hangat meresap sampai ke dalam hatiku - mengingatkanku pada satu masa bahagia yang pernah kurasakan dulu, dan aku pun jatuh cinta.

Tapi, aku tahu, cerita kita hanyalah kisah yang direka, tak akan mewujud nyata. Aku yang salah membiarkan diriku jatuh begitu mudah, dalam pesonamu.

Kukemasi rindu dan harap ini. Tak ada tempat untukku dalam kisahmu. Kau dan dia, telah lama saling berbagi hari bahagia bersama. Hangat pelukmu hanyalah untuknya.

Aku hanyalah jeda dalam nafasmu, sementara dia adalah udara yang kau hirup dalam setiap hela. Aku putuskan untuk berhenti berharap, dan aku tahu bahwa luka akan mendewasakanku.

Namun, kadang malam membuatku meragu dan kembali bertanya, benarkah dirimulah cinta yang selama ini kucari sepanjang waktu?
Kau berikan satu isyarat. Satu kali lagi saja ..."
Category: 0 komentar
But sometimes, when I FEEL LIKE GIVING UP, I SAID TO MYSELF.. “YOU’VE GO TOO FAR TO STEP BACK..
Category: 0 komentar

Halo kamu yang tidak mau pergi dari pikiranku.


Maaf, aku memang sudah tidak seharusnya lagi membuat tulisan tentang kamu, tapi bagaimana lagi? Semakin tak ingin, semakin ada saja kejadian tentang kamu yang ingin aku tuliskan disini.


Hei, malam tadi, tetiba saja kepalaku sesak diisi tentang kamu, semalam tadi juga aku memimpikanmu lagi. Aku benar-benar tak tau lagi bagaimana caranya bisa melupakan kamu. Semakin berusaha melupakan, namamu dan wajahmu malah semakin melekat erat di hati dan pikiranku.


Setelah ribuan detik yang kugunakan untuk meyakinkan diri, memperjuangkan kamu berakhir dengan nyeri. Aku putuskan untuk mengakhirinya. Mengakhiri membujuk waktu juga Tuhan agar sudi menempatkan kamu di istana yang telah kusiapkan di hati. Namun sekarang, tentu aku akan membujuk waktu dan Tuhan melakukan hal sebaliknya. Tidak, aku tidak lelah. Mungkin ini memang harus diakhiri.


Mulai sekarang mungkin aku harus bersikap tegas untuk mengusir kamu jika suara-suara kamu masih bermain-main di telingaku, tubuh kamu yang kesana-kemari di kepalaku, juga jari-jari lembut kamu yang membelai dinding hatiku. Mengusir kamu, kamu yang mencipta musim penghujan tak kunjung reda di dada. Ini akan sulit, melupakan kamu yang namanya hampir kusebut disetiap sujud. Oleh karenanya, kali ini kubiarkan saja agar waktu mengikis setiap kamu di kepalaku. Di hatiku.
Category: 0 komentar

Kamu yang Seharusnya Sudah Tidak Ada

How many times should I give up on you, on my own feeling, on dreaming about you? How many times should I tell myself to do so?

Halo, kamu, seorang yang selalu ingin ku tarik rambutnya..

Apa kabarmu? Sudah tidak seharusnya aku menulis surat buat kamu. Tapi sialnya semalam aku bermimpi tentang kamu. Aneh, akhir akhir ini aku sudah berusaha melupakan kamu, tapi semalam aku bermimpi.. and It’s about you. God damn me.

Tenang, aku tidak akan bertindak aneh-aneh lagi. Paling tidak aku pastikan kalau aku sudah tidak akan pernah menyentuh kamu lagi. And no, I’m not in love with you again. Nggak usah GR. Eventhough this GR thing is the only thing you and me are good at, no?

Andai kamu tau betapa alam semesta ini adalah tempat yang paling mengerikan! Seolah alam semesta ini tidak rela aku melupakan kamu begitu saja. Kamu tidak tahu berapa kali aku harus masuk ke kolom mute KEYWORDS dan memasukkan username-mu ke daftar tersebut, hanya karena namamu selalu dan selalu muncul di dalam timeline-ku. Manage keywords selesai, aku tersenyum, dan masuk ke facebook, hendak menyapa teman yang online..and guess what? Your fucking face was in that fucking photo! Why? Why? Why?

Kenapa dunia ini tidak mau aku melupakanmu?
Kenapa kamu selalu muncul di cara-cara yang tak terduga?
Bagaimana bisa aku bermimpi tentang kamu?

Kenapa aku selalu mencintaimu?
Bertemu kamu, adalah kutukan! Tau itu? KUTUKAN!

Mungkin aku harus deactivate semua akun social media-ku.
Mungkin aku harus memutus circle ku dengan kamu.
Mungkin kamu yang harus lenyap dari circle-ku.

Can you do me a favor? If you can’t love me, could you please just leave my world alone?



kumpulan surat-surat dalam #30harimenulissuratcinta
Category: 0 komentar