Dengan dada berdebar kencang, aku kembali mencuri-curi pandang ke arahnya dan sukses kembali melayang tanpa daya melihat wajah tampan dihiasi hidung mancung sempurna di antara dua mata teduh itu..
Category: 0 komentar

Sudahlah, Sama - Sama Tidak Mengerti.


Aku jarang mengungkapkan kata cinta kepadamu
Itu semua bukan karena aku enggan
malu,
Atau tak berhasrat.
Tapi aku tidak ingin sering mengungkapkan cinta padamu dengan cara biasa.
Aku ingin kamu merasa istimewa.
Kamu tidak mengerti itu.

Aku bukan ahli bersolek. Aku biasa saja.

Bukannya tidak ingin berusaha membuat diriku terlihat indah,
menawan,
menarik,
bahkan membuatmu bangga ada disampingku.
Tapi aku ingin kamu melihat aku yang benar - benar aku,
supaya aku tahu, kamu menerima apa adanya aku ini atau tidak, tapi...
Kamu tidak mengerti itu.


Setahuku,

Cinta duduk manis melihat dua hati yang saling mengerti.
Cinta diam terpana menyaksikan fenomena dua hati yang menyatu.
Cinta adil dan penuh toleransi, bukan pengadilan yang sarat akan tuntutan - tuntutan.
Tapi kamu membuat semuanya jadi bertolak belakang.
Namun mengapa aku masih membanjirimu toleransi dan pengertian?
Kali ini...
Aku tidak mengerti itu.

Category: 0 komentar

Ungkapkan dengan Eksplisit, Absurd dan Puitis.

Di otakku sekarang terngiang kata:
Kamu, Aku, Kita, Kalau, Maaf dan..
Terimakasih.

Kamu.
Kamu punya remote-control-mood-ku.
Kamu sangat lihai membuatku cemburu.
Kamu pribadi sederhana.
Kamu, adalah sosok yang ingin aku lihat dimanapun aku berada.

Aku.
Aku tidak tahu apa maknaku di benakmu.
Aku bisa senang dan sedih karena kamu.
Aku jatuh cinta karena pengakuanmu.
Aku menerima kamu apa adanya.

Kita.
Kita kadang tidak tahu bagaimana cara menyapa satu sama lain dengan baik.
Kita punya perbedaan yang sangat kontras dalam beberapa hal.
Kita senang mengejek satu sama lain.
Kita yang tidak tahu bagaimana kedepannya nanti...

Kalau.
Kalau kamu tidak ada kabar, aku gusar.
Kalau kamu tidak ada di sekolah, aku merasa ada yang kurang.
Kalau aku sedih, kadang kamu tidak tahu.
Kalau aku cemburu, kamu malah makin sengaja.
               

Maaf.
Maaf karena acap kali menjadi perempuan yang terlalu perasa dan berharap kamu peka.
Maaf karena aku tidak sadar bahwa kamu punya cara berbeda dalam memperhatikanku.
Maaf karena katamu aku suka jutek.
Maaf, aku terlalu takut kamu pergi (lagi) dari peradabanku.
      
Terimakasih.
Terimakasih mau menemani lewat pesan elektronik.
Terimakasih sudah membuatku belajar sabar.
Terimakasih pernah membuatku hampir menangis.
Terimakasih bisa membuatku pahami keterbatasanmu.
Terimakasih atas pernyataanmu saat itu.
Terimakasih kepada Tuhan, aku diperkenalkan dengan orang gila macam kamu.


Category: 0 komentar

Untuk.. Haruskah kusebut namamu?

Berkali-kali aku mengelak. Ini hanyalah ketertarikan sesaat, ini hanyalah rasa yang akan padam termakan hari. Untuk seterusnya, aku selalu menganggap hal ini biasa. Sampai pada suatu ketika, aku merindukan suaramu, menyentuh lembut gendang telingaku. Sejak pertama kali mendengar suaramu, seperti ada sentuhan asing yang menyentuh indra pendengaranku. Sekelebat suara seperti terus merasuk di otakku, suara siapa lagi kalau bukan suaramu? Iya... pemilik suara itu adalah kamu.

Lalu, suaramu berlari, pergi menghilang dari udara. Detik itu seakan-akan berhenti dan membeku. Menit yang tadinya penuh dengan kupu-kupu berterbangan sekejap berubah menjadi tawon yang seakan menyekat kulit. Semua berbeda! Senyum yang sejak tadi melenggang di bibirku berubah menjadi muka yang melipat, seperti menyesali kepergiaan sesuatu. Iya... kepergian pemilik suara itu, kamu harus pamit dari udara! Dan... aku terluka!

Aku menunggu hari yang sama agar bisa kembali mendengar bisikkan suaramu yang menderas dan menggema dalam telinga dan hatiku. Kalau aku boleh bercerita tentang perjuanganku, aku seringkali mencari-cari berita dan kabar tentangmu. Mungkin, kamu tak mau tahu dan tak mau mengerti. Karena, ini bukan perasaan penting, yang harus kubesar-besarkan. Toh, aku menikmati detik-detik aku mencari-cari bayangmu di tengah luasnya dunia maya. 

Sebut saja aku bodoh, karena bisa begitu saja tertarik hanya karena mendengar suaramu. Sebut saja aku abnormal, karena mulai merasa gelisah jika dalam rentan waktu tertentu tak mendengar suaramu. Kembali ke bagian awal, ini bisa saja hanya ketertarikan sesaat. Lagipula, aku tak berani menganggumu, apalagi menyapamu lebih dulu, apalagi mengetahui berita terhangat tentangmu. Jadi... aku hanya bisa mendoakanmu. Tak lebih. Dan berharap semua mengalir dan berjalan seperti ini. Dan berharap perasaan bodoh ini tak meletup dan mencuat lebih kuat lagi.

Kamu menceritakan tentang surga di telingaku. Kamu malaikat yang menyanyi merdu di telingaku.
Tentu saja, aku tidak akan berbicara banyak. Aku tak akan menyakinkanmu untuk mengenalku lebih jauh. Aku juga tak akan menyadarkanmu tentang sosokku. Aku tentu saja tak akan memaksamu untuk mengetahui sosokku yang bukan siapa-siapa ini. Kamu tentu tak mengetahui sosokku yang tersembunyi di antara ribuan pendengarmu. Aku terlalu kecil dan bukan siapa-siapa bagimu. Cukup! Tujuanku memang bukan itu

Aku hanya tak ingin kegilaanku mengusik hari-harimu.

Semoga setiap minggu kita bertemu di udara ya :)


dari pendengarmu
pengikut setiamu
pemuja sisi gelapmu


source : here
Category: 0 komentar
Ini tidak pernah dialamatkan untuk kamu. Aku hanya ingin menulis sesuatu yang mungkin saja bisa menerjemahkan perasaan yang selalu menggebu-gebu. Bukan... ini bukan surat cinta, hanya beberapa perasaan kecil sebagai lambang kekagumanku terhadapmu.

Berapa hari kita kenalan? Cukup lama. Sampai aku lupa tanggalnya dan lupa harinya. Tapi, ada satu hal yang tidak kulupakan, peristiwa yang tejadi di dalamnya. Manis. Sulit untuk digubris.
Aku seperti seseorang yang tersesat dan kebingungan mencari jalan pulang. Lalu, sosokmu datang dengan cahaya benderang, mengantarkanku menuju cahaya terang. Aku belum pernah membayangkan seberapa hangat sinar matamu dan seberapa hangatnya genggaman tanganmu. 

Sederhana namun penuh magis, sulit dijelaskan, tapi aku mengagumimu. Aku menyediakan 24 jam milikku untuk memerhatikan gerak-gerikmu yang memang tak tersentuh jemari.


Diam-diam, aku melawan pergolakan hati, kamu yang jauh di sana tak mungkin tersiksa seperti ini. Perasaan kita pasti berbeda, dan semua kebersamaan kita pasti kauanggap sebagai teman biasa. Iya, lebih baik menganggap tak ada apa-apa daripada mengarahkan perasaan ini ke arah yang lebih rumit.
Oke, mari memutar otak sebentar, ingat ketika kata “hey” yang begitu sulit terseret dari jemariku langsung menodongmu tanpa alasan yang jelas? Mungkin, kamu harus tahu debaran jantungku yang memburu ketika melakukan hal itu. Aku berjuang keras hanya untuk mengetahui lebih lanjut tentang sosokmu. Aku terlalu penasaran dengan segala tingkah laku dan karaktermu.

Rasa penasaran itu semakin membabibuta. Memang kamu tidak perlu tahu, bahwa aku menekan tulisan older entries hingga halaman terakhir blog-mu hanya untuk menyelami semua isi pikiranmu. Tapi, aku tetap tak berhasil. Kamu terlalu rumit bagiku, kamu terlalu sulit dibaca oleh akal sehatku.
Ini bukan retorika, atau gombalan tengah malam. Aku juga tak ingin mengganggumu dengan perasaan yang selama ini menggebu-gebu di hatiku. Aku tak akan pernah rela melihatmu tersiksa karena perasaan yang kupunya.


Tetaplah misterius seperti kita pertama kali saling tahu, karena hal itu bisa membuatku termangu ketika kita bertemu. Teruslah sehangat tulisanmu, aku ingin mencair dari rasa beku. Lihat mataku. Baca isi otakku. Kamu berotasi di situ. 
Dari pemujamu
yang selalu ingin berkata "Aku ingin lebih dari sekedar pengagummu"

source : here
Category: 0 komentar