“Terutuk siapakah semua tulisanmu itu, Rin?”

Seseorang bertanya padaku “ Siapakah sebenarnya sosok yang selalu kamu tulis dalam setiap bait kata-kata itu, rin?” Entah. Aku tak bisa menjelaskan siapa dia sebenarnya.

Kamu. Ya, semua kata ‘kamu’ dalam tulisanku memang selalu teruntuk pada satu orang. Hanya ada sebuah nama menduduki hatiku dengan tenang, dan selalu menjadi tempatku pulang.

Tapi sebenarnya ‘Kamu’ pada semua tulisanku adalah sesosok maya. Dia tidak nyata. Dia tidak ada.

Dia hanya seorang sosok lelaki menawan yang aku gambarkan dalam ilusi. Sosoknya hanya bisa aku temui dalam indahnya bayangan yang aku ciptakan sendiri. Dia tampak menawan dalam gambaranku, selalu tampak sempurna dalam berbagai sisi.

Tapi jika kau tanya apakah perasaan ini nyata untuknya? Iya, ini nyata. Aneh memang. Aku mempunyai perasaan hanya pada sosok yang tak pasti. Sosok yang tak tahu dan tak akan pernah tahu tentang semua perasaan yang terpendam selama ini karena dia hanya seorang sosok yang penuh misteri. Sosok yang hanya bisa aku sebut dan aku kagumi dalam hati.

Kusebut dia seorang yang tak nyata. Dia tak pernah nyata, karena setiap rasa yang dia cipta selalu maya. Dia seperti udara, tak terlihat namun kehadirannya bisa dirasa. Bahagia, duka tentangnya seperti sebuah coretan yang tak sengaja tergambar namun tak bisa dihapus begitu saja.

Dia sosok yang hanya bisa aku lihat sendiri . Sendiri? Ah, tidak. Dia terlihat nyata untuk orang lain, sosoknya benar-benar nyata dirasa. Hanya aku yang tak bisa menikmati indahnya setiap inci pahatan tuhan pada dirinya. Dan entah aku harus menyebut ini apa ; antara nyata dan maya?

Karena perasaanku nyata untuk seseorang yang sebenarya tak pernah ada.
Category: 0 komentar
Di sebuah ruangan yang dipenuhi kesunyian, rindu demi rindu berlarian, air mata demi air mata berjatuhan. Entah dimulainya sejak kapan, cinta ini sepertinya sudah cukup lama aku pendam sendirian. 

Sunyi sudah menjadi teman, sejak kutahu aku bagimu tak mungkin menjadi pasangan. Aku ingin kamu menginginkanku. Satu kalimat yang kemudian menguap seiring berlalunya waktu. Betapa menjadi yang tulus mencintai, menanti sepenuh hati, tetap saja bukan jaminan akan balas dicintai. Apakah cinta memang begini? Apakah cinta bisa setega ini, ataukah aku yang salah menangkap arahan Tuhan tentang rasa di hati? 

Terkadang aku ingin cinta kita semudah membalikkan telapak tangan, namun kusadari bukan dengan sesingkat itu mimpi bisa terwujudkan. Terkadang aku ingin cinta menemukan tujuannya setelah lelah berjalan tanpa henti. Namun mungkin waktunya bukanlah saat ini. Mungkin tujuanku semestinya bukan kamu. Mungkin aku tidak perlu membuang waktu untuk terus menunggu.Sebut saja kedua mataku buta, yang tak juga menyadari ketika lampu merah ke arahmu sudah benar-benar menyala. 

Bersandar pada ketetapan hati, aku terus menanti. Meski kutahu bukan aku alamat rumah yang hatimu cari. Cinta ini sudah terlanjur, dan yang tertinggal hanya serpihan hati yang hancur. Namun belum menyerah aku memperjuangkanmu, sebab belum ada lain hati yang mampu mengetuk pintu di dadaku.

Jika aku terus mengharapkanmu, bolehkah? Aku hanya ingin menjadi yang pintar mencintai, meski tak begitu fasih dalam ilmu memiliki. Sementara hati ingin menjadi satu-satunya yang kamu ingini, cinta pun berkata, ia tak ingin membenci. Tak apa aku bukan untukmu, tak apa kita tidak saling menuju. Tetap saja segala harap, semua rindu, setiap peluk bermuara padamu. 

Jika boleh sekali saja tertawa untuk perjalanan yang entah kapan habisnya, bolehkah aku? Jika selamat tinggal adalah satu-satunya yang tersisa, ketahuilah bahwa selama ini kamu pernah menjadi sosok yang benar-benar aku cinta.

Mengagumi dari jarak sejauh ini adalah pintu bahagia yang kupilih.Dan semoga kelak, Tuhan akan memberiku kunci untuk pintu menuju bahagia yang lain: merelakanmu, misalnya. 

Aku bukanlah siapa-siapa, tentu saja aku harus rela jika pada akhirnya kamu berjumpa dengan dia yang ditakdirkan semesta. Dan aku memang bukanlah siapa-siapa, justru itu yang membuatku harus menelan perihnya luka. Jika mencintai dalam diam adalah jarak terjauh yang mampu hatiku tuju, semoga secepatnya bahagia datang menujuku.

Aku tersenyum lemah pada bayanganku sendiri, seraya bertanya: Masih sanggup menanti? Tak lelahkah hati? Gaung namamu dalam bisu bibirku lebih nyaring daripada seluruh tanya itu. Dalam hati, cinta padamu terus mengaliri sepi.
Category: 0 komentar

Tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu..

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa di setiap langkah seseorang, kamu ada. Di setiap rindunya, kamu memenuhi. Dan di setiap doanya, kamu disebutkan. Sebegitu berharganya kamu di dalam hidup seseorang, dan salah satunya adalah hidup saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa di luar sana, ada seseorang yang teramat mengagumimu dari kejauhan. Di luar sana, ada seseorang yang menghidupi setiap harinya dengan angan tentang kamu. Dan di luar sana, ada seseorang yang belajar untuk mengerti bahwa kamu tidak untuk ia miliki. Itu benar, dan salah satu yang akan mengaku adalah saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk kamu mengetahui sesuatu: bahwa ada yang tampak bahagia meski hanya berada sekian langkah daripadamu dan tidak ada yang lain kecuali sepi. Bahwa ada yang tampak malu-malu menatap ke arahmu karena tidak ingin orang lain menjadi tahu. Bahwa ada yang tampak sama sekali tidak mengenalimu, saat salah seorang membicarakan tentang kamu kepadanya. Bagaimana mungkin? Bahkan hari-harinya diisi dengan mencari segala sesuatu yang tentang kamu. Dan ya, salah satunya adalah saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk saya mewujudkan sesuatu: bahwa saya ingin suatu saat nanti kita menjadi akrab. Bahwa saya ingin suatu saat nanti saya mendapat kesempatan untuk menyatakan yang selama ini saya rasakan. Bahwa suatu saat nanti kita akan benar-benar saling kenal. Saya hanya merasa tidak punya keberanian untuk itu semua. Ya, itu semua memang hanya keinginan-keinginan tertinggi saya.

Saya tahu, mungkin akan tampak tidak memungkinkan untuk Tuhan menganggukkan kepalaNya terhadap keinginan-keinginan saya. Tapi biarlah saya menunggu hingga pada kesempatan yang Tuhan berikan, untuk menunjukkan betapa saya pernah sebegitunya mengingini kamu. Saya tahu, kita memang tidak untuk saling menyatu. Saya hanya berharap, sama seperti kebanyakan orang yang telah menyadari bahwa dirinya sedang jatuh cinta. Dan ya, cinta saya jatuh kepada kamu.
Category: 0 komentar

Ada yang mengharap, tanpa pernah kamu tahu

Ada yang mengharap kamu untuk hadir sekali lagi, meski ia tahu semuanya hanya bisa terjadi hanya di dalam mimpi.
Ada yang mengharap kamu untuk kembali, meski ia tahu sudah ada yang lain—berdiri dengan tegak di sisi, melindungi.
Ada yang mengharap rindu untuk pulih, bersamaan dengan ceritanya dengan seorang teman—tentangmu yang entah kapan akan membuatnya letih.
Ada yang mengharap bahwa dalam doa, ia cukup untuk meminta kepada Sang Maha agar sekiranya kamu bisa berbahagia.
Ada yang mengharap sebuah pesan akan mampir sebentar ke ponselnya. Pesan yang singkat—asal darimu, menanyakan hal yang tak penting pun tak apa.
Ada yang mengharap kamu untuk tetap ingat segala hal yang ingin ia lupakan tanpa niat.
Ada yang mengharap renyah tawamu, meski ia harus berpikir keras bagaimana caranya untuk melakukan hal yang konyol namun lucu.
Ada yang mengharap kamu akan baik-baik saja, meski itu artinya ia harus merelakan hampir segalanya.
Ada yang mengharap kamu memikirkannya sebentar saja, saat ia sedang benar-benar memikirkanmu seutuhnya.
Ada yang mengharap untuk ditugaskan menjadi satu, di hatimu.
Ada yang mengharap kamu agar tidak tahu bahwa selama ini, dari jauh, ia cukup jeli dalam mengamatimu.
Barangkali saja itu dia, yang selama ini sedang diam-diam mengagumi, namun kamu belum juga menyadarinya.
Sederhana saja, jika kalian akan baik-baik saja sebelum dan sesudahnya, ia mungkin tidak akan mencintaimu tanpa suara.

-Pramesti laksmi 
Category: 0 komentar

Bisu Sendiri

Kornea hatimu terlalu buta, tak bisa melihat sisi hatiku yang terlupa sekaligus terluka. Aku tahu, dengan memperbanyak tanya dalam kepala tanpa mengeluarkan suara adalah wujud upaya sia-sia. Jika saja ada cara untuk menyadarkanmu tentang apa yang tersimpan tanpa menetaskan keberanian. Karena kini aku begitu takut, perasaanmu telah menciut.

 Tak mudah merasakan segalanya seorang diri, sementara sesungguhnya segala hal tentangmu ingin kubagi. Jangan salahkan hati yang tak mampu beritakan padamu tentang apa-apa. Sebab aku terlalu takut terluka jika yang nantinya kau beri hanya kecewa. 

Apa rasanya jadi kamu, sesosok yang tak pernah luput dari daya ingatku? Apa rasanya jadi kamu, seseorang yang kusayang dengan terlalu? Apa rasanya jadi kamu, yang tak pernah tahu ada aku setia menunggu? 

Ada seorang pengagum yang dengan sangat baik memendam rahasia tentang perasaannya. Ada yang dengan begitu rapi menyembunyikan diri sehingga tidak mudah terlihat oleh mata. Ada yang mendoakan kebahagiaanmu meski terjadi bukan karenanya. Ada yang berandai-andai jika saja kamu tahu siapa yang telah membuatnya jatuh cinta.Namun ia tahu, ia sedang berharap pada sebuah ketidakmungkinan. 

Harus berguru pada siapakah hati agar ia berani mengungkapkan opini? Harus berguru pada siapakah kamu agar rajin mengisi hati dengan namaku? Harus berguru pada siapakah kita agar sama-sama bisa menjaga hati tanpa melukai? Seandainya ada yang bisa mengoreksi kerja hati kita.

Sebuah bisu kupelihara dalam bisingnya aksara di kepalaku. Ingin diutarakan, namun ragu menghalangi jalan. Ingin dipendam sendirian, namun entah hingga kapan bisa bertahan. 

Bukankah ini perihal mulut yang enggan mengungkap dan kamu yang tidak juga peka? Adilkah ketika aku bertanya di mana semesta saat aku sedang benar-benar berharap pada sebuah kebetulan? Ah sudahlah, kini biarkan aku memberi pengertian untuk diri sendiri, bahwa mungkin saja aku telah salah menentukan arah. Mungkin saja menunggu adalah jawaban terbaik, meski tidak sepenuhnya membuat keadaanku membaik.


-Pramesti Laksmi . Diperuntukkan bagi mereka yang sudah begitu lemah untuk memendam, namun masih menikmati jatuh cinta dengan diam-diam.
Pegangin hatinya, ya. Kalo udah nggak kuat, ungkapin aja :')
Category: 0 komentar

Sepucuk yang ke sekian dan masih tanpa nama

Benak saya menyimpan segala tentang kamu terlalu lama. Bahkan ketika langkah kaki mulai menuju ke masa depan, pikiran saya masih bertahan di hari di mana kita akhirnya benar-benar dipertemukan.
Di detik di mana sepasang mata kita saling bertemu, serta raut wajahmu yang tampak begitu kebingungan tanpa senyum ataupun tawa, saya berharap waktu berhenti saat itu juga, namun percuma, saya terlalu malu untuk menatap kamu lama-lama. Dengkul saya melemas, jantung saya berdegup begitu bebas. Itu adalah hal pertama yang tidak akan saya lupa.
Lewat kedua tangan yang akhirnya saling berjabat, saya tahu semesta sedang berkonspirasi dan menciptakan kebetulan demi kebetulan. Langkah kaki yang tampak begitu tepat, hingga menuju ke pertemuan dengan waktu yang akurat. Senyum dan jarak yang begitu dekat adalah yang senantiasa akan saya ingat.
Terima kasih, karena telah menjadi hadiah yang begitu indah dan menjadi lebih dari apa yang selama ini pernah saya minta pada Tuhan.
Category: 0 komentar

Sebab Mencoba Melupakanmu...


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas niat. Karena hanya membuatku semakin ingat.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas ucap kata-kata, sementara isi kepala masih saja tentang kita.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas keinginan, sedangkan di dalam benak kamu masih saja dipersilakan untuk berlarian.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas wacana, sedangkan yang kulakukan tetap saja mendoakan kita terus bersama.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas janji pada diri sendiri, yang kemudian tanpa sesal telah kuingkari beberapa kali.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebatas tujuan. Sedangkan jika aku tetap tak ingin terpisahkan; percuma.


Sebab mencoba melupakanmu tak pernah menjadi hal yang pasti. Aku terlalu pandai untuk menjadikan kenangan begitu abadi.


Sebab mencoba melupakanmu hanyalah sebuah ambisi. Sedangkan jatuh cinta padamu sudah menjadi repetisi.


Sebab melupakanmu hanyalah sebuah jalan yang tak akan pernah menemui permulaan.


Sebab melupakanmu hanyalah usaha yang sia-sia pada akhirnya nanti.


Sebab melupakanmu hanyalah sebatas wacana yang akan tetap menjadi wacana. 
Category: 0 komentar

Terima kasih, Mama


Mama, terima kasih banyak..

Untuk menjadi penyemangat yang cukup lebay. Orang bilang Ibu adalah penyemangat nomor satumu. Bagiku, kau yang paling beda. Kau yang paling lebay, Mama. *ngilang*

Untuk tidak pernah membatasi pertemananku, karena telah cukup percaya bahwa aku bisa menjaga diriku sendiri.

Untuk tidak pernah melarangku pulang malam meski dengan syarat, karena percaya bahwa aku telah cukup dewasa.

Untuk senyum yang bahkan aku tahu bahwa di baliknya tersimpan cukup banyak luka tertahan.

Untuk pelukan yang selalu terbuka lebar bagi siapapun, dan mata yang tidak pernah  memandang.

Untuk kecukupan akan kebutuhan-kebutuhanku sehari-hari.

Untuk perhatian yang tidak akan pernah ada habisnya.

Untuk doa yang tidak mengenal jeda.

Untuk kesabaran dan ketabahan tanpa batas.

Untuk masakan-masakan lezat tanpa banding.

Maaf aku kerap menyakitimu baik sengaja maupun tidak. Maaf untuk air mata yang sebagian besarnya karena ulahku. Maaf masih belum bisa membahagiakanmu dengan kerja kerasku sendiri. Maaf, aku bukan anak yang mampu mengungkapkannya secara langsung.

Tapi aku menyayangimu meski gerak-gerikku sedang seperti tak acuh.
Category: 0 komentar

Kamu dengan segala musim

Satu.
Awal tahun dengan segala mengigilnya, aku berharap kamu untuk datang menyatakan segala mimpi yang pernah ada. Aku butuh sepasang tangan. Lebih dari itu aku merindukan sebuah kehangatan. Aku mendambakan kamu untuk hadir dan mengusir sepi yang entah kapan akan berakhir.

Dua.
Sekuntum demi sekuntum bunga pada berpetak-petak lahan mulai tumbuh, namun hatiku belum juga menemukan milikmu yang sudah terjatuh. Sekuat apapun keinginan, setinggi apapun harapan, ternyata tak juga membuatku mampu untuk merengkuh. Nyatanya, kita hanyalah dua di antara yang terlalu jauh.

Tiga.
Mentari memang tampak mulai bersahabat. Akankah ia juga akan membawaku pada nyaman yang juga memberi hangat? Langit memang sudah kelihatan begitu cerah. Akan serupakah dengan hati yang belum memilih untuk menyerah? Beberapa sejoli memang pada akhirnya memilih untuk menghabiskan waktu bersama. Akankah kamu keluar dari tempat persembunyian dan menujuku yang sudah menanti cukup lama?

Empat.
Gairahku semestinya tidak ikut-ikutan gugur, seperti dedaunan yang mulai luruh mengikuti alur. Seperti menyadari tidak akan ada lagi harapan, lalu hati pada akhirnya takluk di titiknya tempatnya selama ini bertahan. Tidak ada lagi jalan dan kita memang bukan untuk saling beriringan. 

Aku sudah menunggu hingga musim keempat, kamu tidak juga kudapat. Entah memang harus lebih lama lagi menunggu, atau lebih baik mengubah arah tuju.


-Pramesti Laksmi
Category: 0 komentar

"Aku lupa kapan tepatnya aku mulai menyimpan sebuah rasa. Namun tidak akan aku lupa bagaimana leganya sejak menyadari bahwa perasaan itu adalah cinta."

Category: 0 komentar

Seseorang di luar sana

Seseorang di luar sana, sedang merindukanmu dengan terlalu, bahkan di saat kamu justru sedang tertidur lelap.

Seseorang di luar sana, merasa agak aneh dan kurang pantas dengan cinta yang sedang ia pelihara sendirian.

Seseorang di luar sana bisa tiba-tiba memiliki degup jantung yang begitu cepat, hanya karena ia melihat namamu, di sebuah tempat.

Seseorang di luar sana, sedang menunggu kesempatan yang lain untuk kalian berdua bisa kembali bertemu.


Seseorang di luar sana, mendambakan kamu bisa memiliki perasaan yang sama.


Seseorang di luar sana, berbahagia untuk kebahagiaanmu tanpa sedikit pun sandiwara.


Seseorang di luar sana, ingin tahu begitu banyak tentang kamu.


Seseorang di luar sana, berteman baik dengan cemburu tanpa pernah ia minta.


Seseorang di luar sana, mencoba untuk bisa terlihat baik di matamu.


Seseorang di luar sana, barangkali tanpa henti membicarakanmu dengan beberapa teman dekatnya.


Seseorang di luar sana, memikirkanmu di setiap waktu yang memungkinkan.


Seseorang di luar sana, mencintaimu dengan caranya. Dan mungkin saja secara diam-diam.


Pada akhirnya saya tahu, mencintai kamu tidak akan berakhir seperti dongeng-dongeng yang pernah ada. Namun sekalipun ujungnya hanyalah air mata, saya yakin itu adalah wujud lain dari sebuah bahagia.
Category: 0 komentar

"Pada rangkaian bangau kertas yang ke-seribu, entah sudah berapa waktuku tersita di dalam situ, namun yang jelas dalam harapan hanyalah kamu"

Category: 0 komentar

Seribu Rangkaian Bangau Kertas


Tak seperti biasanya. Pada selembar kertas kosong, saya tidak melihat mimpi-mimpi tentang kita, saya tidak memikirkan tentang sebuah masa di depan sana. Saya mengambil dan membentuk beragam di lipatan padanya, hingga jadilah serangkai burung bangau kertas.

Kata mereka, jika kita memiliki sebuah permintaan yang rasanya sulit untuk diwujudkan, buatlah burung bangau kertas hingga seribu jumlahnya, lalu mintalah. Mudah-mudahan permintaan kita akan dikabulkan. Saya tidak percaya, namun nyatanya memilih untuk membuatnya juga.


Hingga pada rangkaian bangau kertas yang ke seribu, nyatanya yang selalu saya sebut hanya namamu. Hanya sekadar kamu tahu, bahwa yang saat ini sedang saya minta adalah segala sesuatu yang tentang kita.


Suatu saat nanti, ketahuilah sesuatu, bahwa seseorang pernah menggunakan cara yang (bagi sebagian orang) begitu lucu hanya untuk memintamu, dan itu adalah saya.
Category: 0 komentar
Halo laki-laki yang terobsesi menjadi keren.

Coba katakan padaku, apa sebenarnya mantra sihirmu. Lama-lama aku bingung, kenapa berhenti mencintaimu sama susahnya dengan menjilat ujung hidungku sendiri? Kenapa tidak tertawa pada semua lelucon basimu sama susahnya dengan membangun menara dari kartu remi?

Coba kamu sekali-sekali bertanya padaku, seberapa besar aku mencintaimu. Aku pasti akan diam saja. Karena aku kehabisan kata-kata. Bukan. Bukan berarti cintaku sebegitu sempurnanya, hanya saja aku terbiasa mencintai kamu tanpa kata-kata. Dan aku tahu aku tidak perlu itu.

Coba saja kamu tahu seperti apa hari-hariku. Aku bukannya selalu mencari cara untuk membuat kamu selalu mencintai aku. Sebaliknya aku selalu menabahkan diri sendiri, bersiap jika seandainya kamu direnggut suatu hari. Atau jika tetiba rasa cintamu berhenti. Aku benar-benar tidak pernah takut. Aku cuma takut kenangan tentang kamu akan menguasaiku, tapi aku tahu kenangan akan kamu tidak akan pernah kubiarkan mati.

Halo laki-laki dengan sedikit ekspresi.

Coba sekali saja kamu tunjukkan padaku, kamu belum berhenti mencintaiku. Lalu aku berjanji, aku akan berhenti berpikir kamu akan pergi.
Category: 0 komentar

Kepada Wanita Yang Memenangkan Hatinya


Hai, cantik. Selamat Sore. Apa aku mengganggumu? Aku harap tidak.

Aku memang tak pernah tau siapa kamu, tapi tak bisakah kau luangkan waktumu sebentar saja untuk membaca ini? Aku ingin bercerita sesuatu kepada kamu.

Cantik, aku ingin bertanya sesuatu kepadamu. Aku ingin bertanya tentang dia yang kau buat jatuh hati.  Cantik, aku telah berusaha sebisaku membuat dia jatuh kepadaku. Tapi cantik, aku lelah, aku sudah tidak mampu lagi. Dia benar-benar membingungkan. Aku menyerah

Cantik, aku iri padamu. Bagaimana caranya membuatnya peduli? Apa yang kamu miliki dan aku tidak? Apa yang dia cari? Apa kurangnya hati yang tulus dan cinta yang nyata? Aku lelah, cantik. Untuk apa aku menggarami air laut?

Cantik, mungkin hingga detik ini ada kamu di relung hatinya. Tak masalah, selama ada banyak aku di sana. Cantik, apa kamu pernah mencintainya sebanyak aku? Karena kau tau, cantik? separuh napasku itu selalu tulus mencintai.

Cantik, kau harus tahu seberapa banyak aku mencintanya. Cantik, rindu yang aku rasa selalu tertuju kepadanya. Tak pernah habis rindu ini terasa. Aku lelah, cantik. Aku lelah.

Cantik, demi Tuhan, kau harus tahu seberapa besar aku mencintainya. Senyum laki-laki itu selalu menawan. Lengkungan bibirnya seolah mengajak bibirku turut melengkung ketika melihatnya. Kemudian ketika kulayangkan pandanganku pada matanya, selalu indah, selalu bening, matanya sebiru lautan, sebening embun yang memilih pergi meninggalkan daun ketika fajar mulai menyapa. 

Kau tahu kan, cantik, wajah itu selalu sama dengan awal aku lihat. Selalu cerah, selalu menyenangkan. Tiap inci pahatan Tuhan pada wajahnya seolah tanpa cacat. Ah, kata-kata ini selalu aku ulangi. Jantungku selalu berlomba berdegup ketika melihat tawa kecil dari bibirnya. Tawanya renyah. Tawanya candu. Indah. Seindah melodi-melodi musik yang mereka lantunkan dalam halus gesekan biola. Semakin lama, tawa itu akan semakin menjadi candu, pengisi ruang kosong dalam setiap kotak musik dalam hati. Semakin lama, tawanya akan semakin menghipnotis, menyedot habis semua perhatian, mengikis habis semua sepi.

Cantik.. kau pasti tahu, matanya, senyumnya, tawanya.. Dia, selalu sama. Akan selalu membuatku ingin menggerakkan penaku, membiarkannya menari diatas kertas. Dia, lautanku, dan aku tahu akan selalu begitu.

Cantik, ajari aku untuk menjadi kamu. Beritahu aku rahasiamu.
Category: 0 komentar

Dua dalam diam

Untuk kamu yang terlebih dulu memilih diam.

Surat ini ku sampaikan karena aku tak mau menahan semua rasa yang tak bisa ku berikan lewat diam. Surat ini tak punya suara. Mereka hanya seonggok kata yang (mungkin) tidak bisa menyogokmu bersuara. Ramuan kata yang di buat jemariku ini memang tak punya suara, tapi mereka punya rasa. Mungkin semacam rasa yang bermacam-macam karena diammu yang menghadirkan. Semacam rasa yang saling berteriakan. Semacam rasa yang membuatku geregetan. Ku rasa mereka perlu di sampaikan karena hanya di sini aku bisa bersuara dalam diam. Aku tau kita sedang sama-sama sibuk dalam diam. Diam yang mungkin (tidak) mengasyikan. Entahlah, tapi diammu menyadarkanku, aku rindu suara itu. Kecintaanku pada ceritamu, pada suara yang menyatakan kehadiranmu.

Diammu itu menghawatirkan. Sedang di hampiri dukakah kamu hingga senyummu pun tak kelihatan. Diammu itu selalu ku pertanyakan. Apa diammu itu justru adalah jawaban? Diammu itu seperti meragukan. Apa ada salah yang telah ku lakukan? Diammu itu seperti menghanyutkan sehingga aku ikutan diam.  Aku tak ingin mengusikmu, hanya diammu justru yang mengusikku. Apa justru diammu karena suaraku tak keluar lebih dahulu? Mungkinkah begitu? Sungguh, aku tak bisa membaca kodemu. Karena garis transparan itu sudah menjadi garis pekat yang susah di lewati. Jujur tulisan ini ku sampaikan karena aku sudah tidak tahan. Ingin bangun lalu pergi menemukan kita sudah tidak saling diam-diaman. Aku takut lama-lama diammu itu membuat posisiku tergantikan. Karena diam sudah seperti teman. Kita memang dua dalam diam. Tapi tulisan ini bukti aku bersuara hari ini, menyatakan rasa yang sejak lama rindu ingin lagi ku bagi.

Ps : Tolong jangan lama-lama diam. Aku lebih cinta ketika kamu memunculkan keberisikan.
Category: 0 komentar

KAMU by Adeliany Azfar

Dari kemarin saya masih kepikiran sama sinopsis novel yang dibawa tiya kesekolah. Sinopsisnya bener-bener 'wah' banget. Pengen baca, cuma males aja segitu tebelnya.
Iseng saya googling ketemu juga novel yang judulnya "KAMU-Kenangan tentang luka dan cinta" Karya Adeliany Azfarvel.

"Pada musim kala itu, kau genggam erat jemariku. 
Hangat meresap sampai ke dalam hatiku - mengingatkanku pada satu masa bahagia yang pernah kurasakan dulu, dan aku pun jatuh cinta.

Tapi, aku tahu, cerita kita hanyalah kisah yang direka, tak akan mewujud nyata. Aku yang salah membiarkan diriku jatuh begitu mudah, dalam pesonamu.

Kukemasi rindu dan harap ini. Tak ada tempat untukku dalam kisahmu. Kau dan dia, telah lama saling berbagi hari bahagia bersama. Hangat pelukmu hanyalah untuknya.

Aku hanyalah jeda dalam nafasmu, sementara dia adalah udara yang kau hirup dalam setiap hela. Aku putuskan untuk berhenti berharap, dan aku tahu bahwa luka akan mendewasakanku.

Namun, kadang malam membuatku meragu dan kembali bertanya, benarkah dirimulah cinta yang selama ini kucari sepanjang waktu?
Kau berikan satu isyarat. Satu kali lagi saja ..."
Category: 0 komentar
But sometimes, when I FEEL LIKE GIVING UP, I SAID TO MYSELF.. “YOU’VE GO TOO FAR TO STEP BACK..
Category: 0 komentar

Halo kamu yang tidak mau pergi dari pikiranku.


Maaf, aku memang sudah tidak seharusnya lagi membuat tulisan tentang kamu, tapi bagaimana lagi? Semakin tak ingin, semakin ada saja kejadian tentang kamu yang ingin aku tuliskan disini.


Hei, malam tadi, tetiba saja kepalaku sesak diisi tentang kamu, semalam tadi juga aku memimpikanmu lagi. Aku benar-benar tak tau lagi bagaimana caranya bisa melupakan kamu. Semakin berusaha melupakan, namamu dan wajahmu malah semakin melekat erat di hati dan pikiranku.


Setelah ribuan detik yang kugunakan untuk meyakinkan diri, memperjuangkan kamu berakhir dengan nyeri. Aku putuskan untuk mengakhirinya. Mengakhiri membujuk waktu juga Tuhan agar sudi menempatkan kamu di istana yang telah kusiapkan di hati. Namun sekarang, tentu aku akan membujuk waktu dan Tuhan melakukan hal sebaliknya. Tidak, aku tidak lelah. Mungkin ini memang harus diakhiri.


Mulai sekarang mungkin aku harus bersikap tegas untuk mengusir kamu jika suara-suara kamu masih bermain-main di telingaku, tubuh kamu yang kesana-kemari di kepalaku, juga jari-jari lembut kamu yang membelai dinding hatiku. Mengusir kamu, kamu yang mencipta musim penghujan tak kunjung reda di dada. Ini akan sulit, melupakan kamu yang namanya hampir kusebut disetiap sujud. Oleh karenanya, kali ini kubiarkan saja agar waktu mengikis setiap kamu di kepalaku. Di hatiku.
Category: 0 komentar

Kamu yang Seharusnya Sudah Tidak Ada

How many times should I give up on you, on my own feeling, on dreaming about you? How many times should I tell myself to do so?

Halo, kamu, seorang yang selalu ingin ku tarik rambutnya..

Apa kabarmu? Sudah tidak seharusnya aku menulis surat buat kamu. Tapi sialnya semalam aku bermimpi tentang kamu. Aneh, akhir akhir ini aku sudah berusaha melupakan kamu, tapi semalam aku bermimpi.. and It’s about you. God damn me.

Tenang, aku tidak akan bertindak aneh-aneh lagi. Paling tidak aku pastikan kalau aku sudah tidak akan pernah menyentuh kamu lagi. And no, I’m not in love with you again. Nggak usah GR. Eventhough this GR thing is the only thing you and me are good at, no?

Andai kamu tau betapa alam semesta ini adalah tempat yang paling mengerikan! Seolah alam semesta ini tidak rela aku melupakan kamu begitu saja. Kamu tidak tahu berapa kali aku harus masuk ke kolom mute KEYWORDS dan memasukkan username-mu ke daftar tersebut, hanya karena namamu selalu dan selalu muncul di dalam timeline-ku. Manage keywords selesai, aku tersenyum, dan masuk ke facebook, hendak menyapa teman yang online..and guess what? Your fucking face was in that fucking photo! Why? Why? Why?

Kenapa dunia ini tidak mau aku melupakanmu?
Kenapa kamu selalu muncul di cara-cara yang tak terduga?
Bagaimana bisa aku bermimpi tentang kamu?

Kenapa aku selalu mencintaimu?
Bertemu kamu, adalah kutukan! Tau itu? KUTUKAN!

Mungkin aku harus deactivate semua akun social media-ku.
Mungkin aku harus memutus circle ku dengan kamu.
Mungkin kamu yang harus lenyap dari circle-ku.

Can you do me a favor? If you can’t love me, could you please just leave my world alone?



kumpulan surat-surat dalam #30harimenulissuratcinta
Category: 0 komentar

Untukmu, kakak tercintaku :)


Kepada mbak Oni, cinta yang tak perlu diucapkan


           Untuk mbak Oni, satu-satunya kakak yang kupunya selama ini. Kurasa tidak perlu diucapkan, tapi biar kuberitahu, aku cinta kamu. Sebetulnya agak lucu aku menulis ini karena jenis persaudaraan kita bukanlah jenis yang dibalut dengan kata-kata manis atau pelukan erat jika salah satu dari kita sedang bersedih. Persaudaraan kita lebih seperti sahabat yang tidak perlu melibatkan fisik.


        Aku, yang masih sering bersikap kanak-kanakkan merasa kamu adalah kakak yang berpikir rasional terhadap apapun.


         Untuk mbak Oni, kakak yang bersama-sama denganku selama enam belas tahun ini, aku mensyukuri kehadiran kamu sebagai kakakku. Kita, yang selalu diajarkan untuk berbagi oleh bapak dan mama, yang seringnya lebih banyak bertengkar untuk hal-hal sepele karena keegoisanku, yang tak segan-segan kupukul jika kamu menggodaku dengan berlebihan. Yang kuingat, dulu kamu pernah menangis meraung-raung ketika Mama memarahimu saat kita bertengkar,  yang selalu tidur bersisian denganku sampai hari ini.


          Dalam kehidupan remajaku, terima kasih kamu sudah ada dan memberiku nasihat-nasihat mengenai apa yang seharusnya kupilih dan yang seharusnya kulakukan untuk masa depanku. Terima kasih untuk mau berbagi semua pikiran positif meski kadang aku menyanggahnya dengan opiniku sendiri.


          Kita sudah semakin dewasa dan aku merasa kita jauh lebih dekat dari sebelumnya. Meski tanpa pelukan mendukung, meski tanpa senyum bangga, meski tanpa kata-kata yang membesarkan hati, tapi kita tahu kita lebih dekat dari apapun.


          Untuk mbak Oni, kakak yang kukagumi semangatnya untuk lebih baik, yang selalu tidur larut demi mendapat nilai terbaik, yang terlambat makan dan bilang ‘nanti’ ketika Mama menyuruh makan malam, yang selalu kupinjami uangnya dan tak pernah kukembalikan. Terima kasih untuk berjalan bersamaku dalam perjalanan menjadi dewasa.


          Meski terkadang aku kesal karena kita berbeda hobi, tapi aku sayang kamu. Lebih dari apapun dan aku mengharapkan yang terbaik untuk kamu. Semoga segala perjuangan kamu, segala pelajaran yang sudah susah payah kamu pelajari, berguna untuk masa depan kamu. Kita harus berhasil, mbak, karena itu yang diharapkan orang tua kita.


          Semoga kamu bahagia di masa depan dan kita masih akan menjadi kakak-adik yang saling mendukung tanpa perlu diucapkan. Kita masih akan menjadi kakak-adik yang bertukar cerita dan ide-ide gila yang tak pernah sempat dilakukan.


          Karena kamu jarang membicarakan kisah cinta kamu, kuharap kamu mendapatkan priamu yang paling baik nanti. Jangan terlalu memaksakan diri. Apapun itu yang ingin kamu raih, utamakan kesehatanmu.


          Kepada Furqoni Syahfitri, kudoakan kamu segalanya untuk masa depan kamu. Tentu saja aku tidak harus mengucapkan itu kepada kamu, mbak :)


With Love,
Orin
Category: 0 komentar

Kemudian..

Kemarin..
Perasaanku masih menggenggammu dalam dangkal mimpi yang sebentar. Aku tak basah. Kau tak membanjiriku. Dangkal.

Kemarin..
Aku masih mampu mengukiri batu kenangan dengan senyum meski palsu di hadapanmu. Aku katakan saja aku baik-baik saja.

Kemarin..
Aku masih bisa mengatakan "aku sudah sehat dan tak perlu obat".

Kemarin..
Se-kemarin-ku hanya ada kau dalam seluruh neuron otakku yang bekerja. Mereka membuat replikamu untuk tetap hidup dalam hatiku.

Kemarin..
Ah sudah banyak kemarin yang kubicarakan. Jariku tak mampu mengetik lebih banyak kemarin tentangmu meski ada banyak kemarin yang bermain diperasaanku, diotakku. Aku tau ada lebih banyak besok yang harusnya kusiapkan tanpa kamu tapi aku tak tau mengapa hanya kemarin yang berputar-putar disini, di dadaku. Kau belum pergi, meski sesungguhnya kau sudah pergi.

Kemudian..
Kita meninggal dalam akhir yang kuyakini tak bahagia. Tak ada lagi kita hanya ada aku sendiri yang meniadakan.
Category: 0 komentar

Surat (yang selalu) teruntuk kamu

Rintik hujan yang lembut masih menari ketika aku menulis ini, beberapa dari mereka malah melengket dijendela kamarku dan berusaha untuk tau aku menulis apa lagi tentang kamu.

Sampai pada paragraf ini, sebenarnya aku tidak tau apa yang ingin aku tuliskan lagi. Sakit hati perlahan membuncah dari dadaku, ada sesak yang menyelimuti paru-paruku. Tapi aku akan berusaha menyelesaikan tulisan ini walau mungkin tak akan  terbaca olehmu. Kamu benar-benar tak mengerti apa yang aku tulis tentangmu selama ini?

Aku mengehela napas sembari berpikir apa yang akan kukatakan pada kamu. Pertama, mungkin aku akan minta maaf, minta maaf karena aku telah begitu lancang jatuh cinta pada kamu. Minta maaf karena aku berharap dari setiap kebersamaan kita, minta maaf karena aku telah begitu berani memasuki kehidupanmu. aku minta maaf untuk semua itu.

Tadinya aku ingin menulis surat dalam bahasa yang hanya kita berdua mengerti, sebelum akhirnya aku sadar kalau setiap orang mengerti bahasa cinta. Tapi kamu bukan setiap orang. Kamu berbeda. Kalau kamu tidak mengerti apa yang kutuliskan di sini, itu wajar saja.

Bukan, kamu bukan bodoh. Kamu hanya lemah dalam memahami makna. Kamu hanya malas memperkaya perbendaharaan kosakatamu. Entah kapan kamu akan menguasai tingkatan dasar belajar bahasa kalau kamu sendiri tidak mau berusaha. Entah kapan kamu akan bisa berkomunikasi secara efektif dalam bahasa yang sedang dipelajari bila kamu sendiri tidak pernah menggunakannya.

Bahasa ini tidak mengenal tenses. Aku tidak mengerti kenapa kini kemampuanmu dalam memahami bahasa ini bisa hilang begitu saja. Apa karena terlalu banyak kesalahan kata dan struktur dalam kalimat-kalimatku? Harusnya kamu mengerti bahwa bila kita adalah bahasa, maka kamu adalah frasa favoritku. Tak akan aku peduli seberapa tidak sempurnanya dirimu, selama aku memahami pesan yang kau sampaikan. Karena bila takdir adalah bahasa, maka kamu satu-satunya suratan tersiratku.

Kalau bahasa saja tidak cukup untuk membuatmu menyadari keberadaanku, apa lagi yang bisa? Pelajarilah lebih tekun, jangan takut membuat kesalahan. Pahami bahasa ini dan jadikan biasa. Kelak dirimu akan mengerti bahwa meski aku pergi, doa yang kau panjatkan tetap sampai padaku. Cepatlah, waktuku tak banyak

Jika seandainya, kamu membaca surat ini, sekali lagi aku minta maaf karena telah mengusikmu. karena pada akhirnya, aku sudah lemah, aku terlampau lelah, lalu kalah. berbahagialah, aku sudah menyerah.
terakhir, terima kasih sudah mengizinkanku jatuh cinta padamu, walau jatuh cintaku hanya satu arah tanpa balas.
Category: 0 komentar

Dengar.

Dengar.

Aku tak bisa menawarkan apa-apa padamu:
hanya sepasang telinga untuk mendengar
beberapa jam waktu untuk bersama
kata-kata yang dapat membuatmu tertawa
pertemanan yang bukan karena.

Dengar.

Aku tak bisa menjadi siapa-siapa bagimu:
tak cukup cantik untuk kau banggakan
tak cukup memaklumi pemikiranmu yang ajaib
tak cukup punya banyak makanan untuk egomu
tak cukup berjuang untuk bisa bersamamu.

Dengar.

Aku tak bisa menjadi lebih bagimu:
karena aku tak pandai menyimpan rasa
karena aku tak tahan menahan rindu
karena aku tak kuasa membekukan waktu
karena aku tak bisa memaksamu untuk terpaksa.

Dengar.

Kamu punya banyak alasan untuk kusukai
dan aku punya banyak alasan untuk menyudahi.

Sekarang kau boleh tutup telingamu.
Aku sudah berhenti minta didengar.


Oleh @Dear_Connie
Category: 0 komentar

Kepada kamu yang meneduhkan

Harus berapa banyak kata yang aku ungkapkan untuk kamu? 
Aku ingin menuliskan kebahagiaanku dalam sebuah surat, di mana kamulah yang menjadi penyebab utama terjadinya. Kebahagiaan ini akan aku simpan sebagai cerita masa depan ketika kamu mengetahui siapa aku dimatamu.

Entah siapa yang membawaku melalui perjalanan panjang dan akhirnya menemukan kamu. Menemukan sosok yang pantas untuk aku kagumi. Kamu terlihat begitu istimewa dalam kesederhanaanmu. Aku suka suaramu. Umm atau aku suka karena suara itu berasal dari pita suaramu? Entahlah. Yang harus kau tahu adalah aku bisa tersenyum begitu bahagia ketika mendengarkan suaramu sambil berkhayal kau benar di sampingku.


Eh apa ini yang disebut surat cinta? Bukan, ini bukan surat cinta. Ini hanya surat kaleng untuk kamu si penerima, hanya untuk menyampaikan segala rasa yang ada. Aku hanya bingung mendeskripsikan mengapa aku begitu mengagumimu.


Yang kutahu, aku hanya memiliki kasih. Ya, kasih padamu yang semakin besar di hati. Kasih yang menyebabkanku mulai membuat berbagai toleransi. Toleransi akan berbagai kriteria yang dulu membuat kamu tidak sreg di hati ini.


Ahh.. terlalu banyak hal yang ingin kusampaikan. Masih banyak rasa yang ingin kunyatakan. Selama ini, semua hanya bisa kudoakan. Aku masih menunggu konfirmasi dari Tuhan. Apakah kamu orang yang tepat dan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tapi doa pun butuh tindakan bukan? Maka inilah tindakan yang kulakukan.

Konyol mungkin. Atau mungkin kau berpikir aku kekanak-kanakan. Yah, tapi beginilah caraku mengungkapkannya. Bukan bermaksud apa-apa, surat ini hanya sebagai alat penyampai rasa. Tapi aku yakin kamu pasti bisa bijaksana dan dewasa dalam menyikapinya. Semoga Tuhan menyertaimu senantiasa ya..

Dalam surat tanpa alamat ini, aku yakin akan sampai kepada pemiliknya. Iya, kamu
Category: 0 komentar

Teruntuk Kamu

Ya, semua tulisanku  memang selalu teruntuk kamu. Kamu yang tak pernah mengerti semua yang aku rasakan.

Apa kamu tau aku sudah lelah? Aku sudah lelah mengejar bayangmu yang aku rasa semakin menjauh, tak dapat lagi direngkuh, tak dapat lagi ku kejar.


Apa kamu tau aku selalu berpura-pura? Aku menangisimu dari belakang, tidak didepanmu, aku berpura-pura tidak ada apa-apa. Wanita memang pandai dalam menyembunyikan perasaan. Ya, aku.

Harus berapa lama lagi aku menahan seluruh kesakitanku, berpura-pura bahagia di hadapanmu. Kamu tidak tau, dan tak akan pernah tau.

Apa kamu tau aku mengagumimu sejak dulu? Dulu, aku tak pernah tau apa itu arti cinta hingga kamu benar-benar muncul mengganggu laju otakku. Nafasku seakan menghembuskan namamu dengan begitu syahdu. Rampalan doa ku tak pernah luput dari kisahku tentangmu. Iya. Semua tentangmu tak ada yang biasa, semuanya luar biasa di mataku. 

Semua perasaan ini bisakah disebut cinta? Entah. Yang jelas aku sudah merasakannya sejak dulu, dan berharap kamu tau, aku lelah menjadi seolah-olah tak mengenalmu.

Semua ini ditujukan untuk kamu. Aku hanya lelah, sangat lelah. Kamu yang menjadi tokoh utama dalam setiap kisahku. kamu yang menggores keraguan, karena kau sebut dia dalam sudut hatimu yang baru. Biar cinta ini menuntunku untukmu.






Category: 0 komentar