Apalagi yang bisa dilakukan seseorang ketika yang bisa ia lakukan hanya melihat dari jauh? Apakah kamu tau bagaimana rasanya tidak mampu mengakui satu cinta? - Jenny (200 Pounds Beauty)
Category: 0 komentar
Aku terpana melihat wajahnya yang tampak cerah setelah dibasuh air sebelum shalat tadi. Sebagian rambutnya juga masih basah dan jatuh menutupi dahi. Aku suka sekali saat angin bertiup menggertak-gertakkan rambutnya yang basah itu. Terlihat sangat seksi. Dia.. Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku darinya. 
Category: 0 komentar

Siapa aku dimatamu?

Bagaimana mungkin, aku yang buta cinta sama sekali bisa begitu mencintaimu?

Dia seperti matahari dalam hidupku, dia berpijar menerangi hari-hariku, Tapi, karena ia terlalu terang , karena ia terlalu sempurna, ia jadi tak menyadari kehadiranku didalam kesempurnaannya.

Aku menghela nafas perlahan, apakah aku benar-benar harus mengajaknya bicara? Ataukah cukup mencintainya seperti dulu saja? Diam-diam. Hanya menatap, tanpa mengucap. Salahkah jika aku nyaman pada hal-hal lama yang pernah kulakukan?
Tapi, bukankah hidup bergerak maju? Bukankah dunia selalu berputar dan berganti-ganti? Begitu juga manusia yang ada di dalamnya. Masa, aku yang semakin menua ini, tak semakin dewasa dan berani?
"Hei kamu!! apakah kamu melihat usahaku?"
Langkahku gontai mendekati bibir tempat tidur. Aku merebahkan tubuhku dan menarik selimut untuk mengurangi rasa dingin yang mulai merasuk tulang. Bantal dan guling yang ada disampingku segera kudekap di dada. Pelukanku semakin kuat, seakan-akan mencari kekuatan disana. Aku menangis tanpa sadar, air mataku mengalir mendekati bantal tempatku menyandarkan kepala. 
Aku tak mengerti alasan airmata ini terjatuh, karena bahkan airmatapun tak butuh alasan. Tapi, aku tahu, airmata ini untuk dia. Seseorang yang terlalu sempurna bagiku, seseorang yang terlalu hebat dimataku, dan aku tak pernah mampu mengimbanginya.

Mataku yang sembab sengaja berpindah tatap ke langit-langit kamar. Lagi dan lagi wajahnya berayun disitu, aku benci setengah mati! Aku bisa semalaman seperti ini. Tertegun lama dan tak mengerti pada jalan pikiranku sendiri. Aku tolol, iya tolol! Memikirkan seseorang yang mungkin tak memikirkanku, menangisi seseorang yang mungkin tak pernah menangisiku, juga merindukan seseorang yang mungkin juga tak merindukanku. Tapi, rasa sakit ini seakan-akan melengkapi perasaanku. Aku bahagia walaupun ada luka.

Dia selalu memenuhi isi otakku. Sampai-sampai tak ada lagi ruang untuk lelaki lain. Pria itu mengunci seluruh rasa perhatianku, ia seperti punya kekuatan magis yang membuat aku terus memusatkan ia sebagai yang pertama dan utama. 

Aku tersenyum, bahkan dalam tangisku pun, aku masih berusaha untuk terlihat bahagia. Bukankah memang tak ada manusia yang benar-benar tegar? Mereka hanya berusaha untuk terlihat tegar, soal kepura-puraan atau kenyataan, itu urusan belakangan.

Kamu tak tau seberapa sering aku diam-diam membuang-buang waktuku hanya untuk melihat kamu dari kejauhan. Aku memang pengecut, aku......"
Air mata. Lagi.
Category: 0 komentar