Pergi dan berbahagialah

Teruntuk yang sela-sela jemarinya tak lagi hanya berupa udara,

Bukan hal yang mudah untuk tetap meyakinkan diri sendiri, bahwa kamu masih mungkin untuk dimiliki. Bukan hal yang mudah ketika ingin terus melangkah, saat jalan tak lagi temukan arah. Bukan hal yang mudah untuk melepaskan, meski kenyataannya memiliki pun tidak. Bukan hal yang mudah untuk membiarkan jejak-jejak kakimu hanya tinggal bekas, lalu kamu menujunya dengan harapan yang tanpa batas.

Pencinta diam-diam mungkin ialah orang-orang yang bisa bermimpi dengan terlalu tinggi, namun bisa juga tersungkur bebas dan membiarkan air mata mengalir dengan deras. Mereka bisa berbahagia lalu diserang impian milik mereka sendiri. Mereka berkawan akrab dengan angan-angan yang barangkali memang ketinggian. Mereka setengah mati mengukir senyum pada lapisan-lapisan kesedihan paling dalam. Mereka menghidupi mimpi-mimpi sendiri, lalu menghibur diri dengan cara yang sama.

Entah mengapa menjadi sesulit itu untuk membiarkanmu pergi, meski pada awalnya, aku pun tahu pasti kamu tidak akan pernah berada di sisi. Entah mengapa menjadi sesulit itu untuk membiarkanmu dengan yang lain, meski sejak awal aku tahu dengan pasti bahwa kita hanyalah tidak mungkin. Entah mengapa menjadi sesulit itu  untuk menyeka air mata sendiri, meski selama ini pun aku melakukan segala sesuatunya dengan mandiri.

Pada akhirnya, bahagia adalah apa yang akan aku minta pada Sang Maha. Meski akhirnya, bukan dengan aku kamu akan mengukirnya. Pada akhirnya, ada hati kecil yang selalu berupaya untuk menerima, dan semoga kamu senantiasa baik-baik saja.

Suatu hari nanti, ketahuilah sesuatu, bahwa aku pernah dengan diam-diam mencintaimu.

Dari yang mengagumi namun dengan sembunyi-sembunyi,
Aku.
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar