Hari ini tak ada yang berbeda, semua masih serba serupa. Aku yang masih
mengingat dan menginginkan kita, serta kamu yang masih jauh di mata, namun
hatiku belum sanggup mengakhiri semua cerita.Jika boleh, aku ingin meminta,
sisakan untukku cintamu itu. Jangan percuma kamu berikan pada mereka yang tak
lebih menginginkannya daripada aku.
Bukannya aku tak pernah menghindar, tapi kamu selalu tiba dan menahanku untuk keluar. Kadang aku heran dengan teka-teki yang Tuhan berikan. Jika memang ujungnya kita tak bersama, mengapa Tuhan masih memberikan temu yang bernyawa membangitkan angan-angan untuk bersatu?
Hati sudah terlalu sakit diberikan resep-resep palsu untuk berhenti mencintaimu. Entah siapa yang bisa mengajariku mengentikan rasa itu.
Yang aku ingin hanya bisa mengikhlaskan, jika melupakan
begitu mustahil dilakukan. Yang aku harap hanya bahagia yang kembali nyata,
meski harus dilalui tanpa sebuah ‘kita’.
Aku hanya ingin menjadi yang pernah mencicipi rasanya mencintai tanpa harus dapat kembali. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya perempuan yang masih bisa bersyukur tanpa mengukur-ukur apa yang seharusnya kau berikan secara teratur.
Setidaknya kau bisa merasa, mana yang seharusnya kau
perjuangkan. Aku yang mencintaimu tanpa mengharap imbalan atau sesosok lain
yang selalu menyumbang kepahitan.
Terima kasih karena kamu sudah mengajariku bertahan dari
rasa-rasa pahitnya cinta. Setidaknya dulu aku tak sedewasa ini.
Terima kasih, untuk menjadi alasan atas segala perubahan
yang ada selama ini. Maaf, untuk segala terima kasih yang belum juga terucap
hingga kini.
0 komentar:
Posting Komentar