Senin, 18 Juni 2012 - Orin
Dengan dada berdebar kencang, aku kembali mencuri-curi pandang ke arahnya dan sukses kembali melayang tanpa daya melihat wajah tampan dihiasi hidung mancung sempurna di antara dua mata teduh itu..
Category:
0
komentar
Rabu, 13 Juni 2012 - Orin
Aku jarang mengungkapkan kata cinta kepadamu
Itu semua bukan karena aku enggan
malu,
Atau tak berhasrat.
Tapi aku tidak ingin sering mengungkapkan cinta padamu dengan cara biasa.
Aku ingin kamu merasa istimewa.
Kamu tidak mengerti itu.
Aku bukan ahli bersolek. Aku biasa saja.
Bukannya tidak ingin berusaha membuat diriku terlihat indah,
menawan,
menarik,
bahkan membuatmu bangga ada disampingku.
Tapi aku ingin kamu melihat aku yang benar - benar aku,
supaya aku tahu, kamu menerima apa adanya aku ini atau tidak, tapi...
Kamu tidak mengerti itu.
Setahuku,
Cinta duduk manis melihat dua hati yang saling mengerti.
Cinta diam terpana menyaksikan fenomena dua hati yang menyatu.
Cinta adil dan penuh toleransi, bukan pengadilan yang sarat akan tuntutan - tuntutan.
Tapi kamu membuat semuanya jadi bertolak belakang.
Namun mengapa aku masih membanjirimu toleransi dan pengertian?
Kali ini...
Aku tidak mengerti itu.
Itu semua bukan karena aku enggan
malu,
Atau tak berhasrat.
Tapi aku tidak ingin sering mengungkapkan cinta padamu dengan cara biasa.
Aku ingin kamu merasa istimewa.
Kamu tidak mengerti itu.
Aku bukan ahli bersolek. Aku biasa saja.
Bukannya tidak ingin berusaha membuat diriku terlihat indah,
menawan,
menarik,
bahkan membuatmu bangga ada disampingku.
Tapi aku ingin kamu melihat aku yang benar - benar aku,
supaya aku tahu, kamu menerima apa adanya aku ini atau tidak, tapi...
Kamu tidak mengerti itu.
Setahuku,
Cinta duduk manis melihat dua hati yang saling mengerti.
Cinta diam terpana menyaksikan fenomena dua hati yang menyatu.
Cinta adil dan penuh toleransi, bukan pengadilan yang sarat akan tuntutan - tuntutan.
Tapi kamu membuat semuanya jadi bertolak belakang.
Namun mengapa aku masih membanjirimu toleransi dan pengertian?
Kali ini...
Aku tidak mengerti itu.
Category:
0
komentar
- Orin
Di otakku sekarang terngiang kata:
Kamu, Aku, Kita, Kalau, Maaf dan..
Terimakasih.
Kamu.
Kamu punya remote-control-mood-ku.
Kamu sangat lihai membuatku cemburu.
Kamu pribadi sederhana.
Kamu, adalah sosok yang ingin aku lihat dimanapun aku berada.
Aku.
Aku tidak tahu apa maknaku di benakmu.
Aku bisa senang dan sedih karena kamu.
Aku jatuh cinta karena pengakuanmu.
Aku jatuh cinta karena pengakuanmu.
Aku menerima kamu apa adanya.
Kita.
Kita kadang tidak tahu bagaimana cara menyapa satu sama lain dengan baik.
Kita punya perbedaan yang sangat kontras dalam beberapa hal.
Kita senang mengejek satu sama lain.
Kita yang tidak tahu bagaimana kedepannya nanti...
Kalau.
Kalau kamu tidak ada kabar, aku gusar.
Kalau kamu tidak ada di sekolah, aku merasa ada yang kurang.
Kalau aku sedih, kadang kamu tidak tahu.
Kalau aku cemburu, kamu malah makin sengaja.
Maaf.
Maaf karena acap kali menjadi perempuan yang terlalu perasa dan berharap kamu peka.
Maaf karena aku tidak sadar bahwa kamu punya cara berbeda dalam memperhatikanku.
Maaf karena katamu aku suka jutek.
Maaf, aku terlalu takut kamu pergi (lagi) dari peradabanku.
Terimakasih.
Terimakasih mau menemani lewat pesan elektronik.
Terimakasih sudah membuatku belajar sabar.
Terimakasih pernah membuatku hampir menangis.
Terimakasih bisa membuatku pahami keterbatasanmu.
Terimakasih atas pernyataanmu saat itu.
Terimakasih kepada Tuhan, aku diperkenalkan dengan orang gila macam kamu.
Category:
0
komentar
Sabtu, 02 Juni 2012 - Orin
Berkali-kali aku mengelak. Ini hanyalah ketertarikan sesaat, ini
hanyalah rasa yang akan padam termakan hari. Untuk seterusnya, aku
selalu menganggap hal ini biasa. Sampai pada suatu ketika, aku
merindukan suaramu, menyentuh lembut gendang telingaku. Sejak pertama
kali mendengar suaramu, seperti ada sentuhan asing yang menyentuh indra
pendengaranku. Sekelebat suara seperti terus merasuk di otakku, suara
siapa lagi kalau bukan suaramu? Iya... pemilik suara itu adalah kamu.
Kamu menceritakan tentang surga di telingaku. Kamu malaikat yang menyanyi merdu di telingaku.
Lalu, suaramu berlari, pergi menghilang dari udara. Detik itu
seakan-akan berhenti dan membeku. Menit yang tadinya penuh dengan
kupu-kupu berterbangan sekejap berubah menjadi tawon yang seakan
menyekat kulit. Semua berbeda! Senyum yang sejak tadi melenggang di
bibirku berubah menjadi muka yang melipat, seperti menyesali kepergiaan
sesuatu. Iya... kepergian pemilik suara itu, kamu harus pamit dari
udara! Dan... aku terluka!
Aku menunggu hari yang sama agar bisa kembali mendengar bisikkan suaramu
yang menderas dan menggema dalam telinga dan hatiku. Kalau aku boleh
bercerita tentang perjuanganku, aku seringkali mencari-cari berita dan
kabar tentangmu. Mungkin, kamu tak mau tahu dan tak mau mengerti.
Karena, ini bukan perasaan penting, yang harus kubesar-besarkan. Toh,
aku menikmati detik-detik aku mencari-cari bayangmu di tengah luasnya
dunia maya.
Sebut saja aku bodoh, karena bisa begitu saja tertarik hanya karena
mendengar suaramu. Sebut saja aku abnormal, karena mulai merasa gelisah
jika dalam rentan waktu tertentu tak mendengar suaramu. Kembali ke
bagian awal, ini bisa saja hanya ketertarikan sesaat. Lagipula, aku tak
berani menganggumu, apalagi menyapamu lebih dulu, apalagi mengetahui
berita terhangat tentangmu. Jadi... aku hanya bisa mendoakanmu. Tak
lebih. Dan berharap semua mengalir dan berjalan seperti ini. Dan
berharap perasaan bodoh ini tak meletup dan mencuat lebih kuat lagi.
Kamu menceritakan tentang surga di telingaku. Kamu malaikat yang menyanyi merdu di telingaku.
Tentu saja, aku tidak akan berbicara banyak. Aku tak akan menyakinkanmu
untuk mengenalku lebih jauh. Aku juga tak akan menyadarkanmu tentang
sosokku. Aku tentu saja tak akan memaksamu untuk mengetahui sosokku yang
bukan siapa-siapa ini. Kamu tentu tak mengetahui sosokku yang
tersembunyi di antara ribuan pendengarmu. Aku terlalu kecil dan bukan
siapa-siapa bagimu. Cukup! Tujuanku memang bukan itu
Aku hanya tak ingin kegilaanku mengusik hari-harimu.
Semoga setiap minggu kita bertemu di udara ya :)
dari pendengarmu
pengikut setiamu
pemuja sisi gelapmu
pengikut setiamu
pemuja sisi gelapmu
source : here
Category:
0
komentar
- Orin
Ini tidak pernah dialamatkan untuk kamu. Aku hanya ingin
menulis sesuatu yang mungkin saja bisa menerjemahkan perasaan yang selalu
menggebu-gebu. Bukan... ini bukan surat cinta, hanya beberapa perasaan kecil
sebagai lambang kekagumanku terhadapmu.
Sederhana namun penuh magis, sulit dijelaskan, tapi aku mengagumimu. Aku menyediakan 24 jam milikku untuk memerhatikan gerak-gerikmu yang memang tak tersentuh jemari.
Berapa hari kita kenalan? Cukup lama. Sampai aku lupa
tanggalnya dan lupa harinya. Tapi, ada satu hal yang tidak kulupakan, peristiwa
yang tejadi di dalamnya. Manis. Sulit untuk digubris.
Aku seperti seseorang yang tersesat dan kebingungan mencari
jalan pulang. Lalu, sosokmu datang dengan cahaya benderang, mengantarkanku
menuju cahaya terang. Aku belum pernah membayangkan seberapa hangat sinar
matamu dan seberapa hangatnya genggaman tanganmu.
Sederhana namun penuh magis, sulit dijelaskan, tapi aku mengagumimu. Aku menyediakan 24 jam milikku untuk memerhatikan gerak-gerikmu yang memang tak tersentuh jemari.
Diam-diam, aku melawan pergolakan hati, kamu yang jauh di
sana tak mungkin tersiksa seperti ini. Perasaan kita pasti berbeda, dan semua
kebersamaan kita pasti kauanggap sebagai teman biasa. Iya, lebih baik
menganggap tak ada apa-apa daripada mengarahkan perasaan ini ke arah yang lebih
rumit.
Oke, mari memutar otak sebentar, ingat ketika kata “hey”
yang begitu sulit terseret dari jemariku langsung menodongmu tanpa alasan yang
jelas? Mungkin, kamu harus tahu debaran jantungku yang memburu ketika melakukan
hal itu. Aku berjuang keras hanya untuk mengetahui lebih lanjut tentang
sosokmu. Aku terlalu penasaran dengan segala tingkah laku dan karaktermu.
Rasa penasaran itu semakin membabibuta. Memang kamu tidak
perlu tahu, bahwa aku menekan tulisan older entries hingga halaman terakhir
blog-mu hanya untuk menyelami semua isi pikiranmu. Tapi, aku tetap tak berhasil. Kamu
terlalu rumit bagiku, kamu terlalu sulit dibaca oleh akal sehatku.
Ini bukan retorika, atau gombalan tengah malam. Aku juga tak
ingin mengganggumu dengan perasaan yang selama ini menggebu-gebu di hatiku. Aku
tak akan pernah rela melihatmu tersiksa karena perasaan yang kupunya.
Tetaplah misterius seperti kita pertama kali saling tahu,
karena hal itu bisa membuatku termangu ketika kita bertemu. Teruslah sehangat
tulisanmu, aku ingin mencair dari rasa beku. Lihat mataku. Baca isi otakku. Kamu berotasi di situ.
Category:
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)