Kepadamu, yang diam di sudut itu,
aku seringkali memerhatikanmu, tersenyum diam-diam melihat wajahmu yang kelelahan.
Aku memangku daguku diatas meja belajar, ini terlalu sulit untuk dipahami, aku ingin kau mengerti apa yang aku rasakan, tapi aku tak pernah berani menyatakannya.
aku memutar otak, berharap wajahmu kembali berotasi dalam jutaan sel yang berada di otakku. Aku berharap bayangmu kembali mengalir menuju otak kanan, lalu bermuara di otak kiri. Tahukah kamu kalau aku membutuhkan waktu beberapa menit untuk sekedar mematung dan terdiam? Hanya untuk mengingatmu kembali, hanya untuk mereka-reka kata-kata yang pasti, agar bisa menggambarkanmu dalam persepsi.
Aku memangku daguku diatas meja belajar, ini terlalu sulit untuk dipahami, aku ingin kau mengerti apa yang aku rasakan, tapi aku tak pernah berani menyatakannya.
aku memutar otak, berharap wajahmu kembali berotasi dalam jutaan sel yang berada di otakku. Aku berharap bayangmu kembali mengalir menuju otak kanan, lalu bermuara di otak kiri. Tahukah kamu kalau aku membutuhkan waktu beberapa menit untuk sekedar mematung dan terdiam? Hanya untuk mengingatmu kembali, hanya untuk mereka-reka kata-kata yang pasti, agar bisa menggambarkanmu dalam persepsi.
aku tak tau perasaan ini harus disebut apa, aku juga tak tau bagaimana mempersepsikan kehadiranmu dalam hari-hariku. Tapi.. kadangkala aku merasa bahwa kamu adalah bagian dari diriku, pantaskah aku mengeluh jika sosokmu hanya membuat hatiku peluh?
Seorang pria, sederhana saja. Senyumnya menyimpan banyak tanda tanya, tatapannya mengganggu laju kerja otak, dan gerak-geriknya memaksaku agar tidak melewati setiap inci perpindahannya
Lalu, semua terjadi begitu saja. sebuah rasa yang mucul tanpa pernah aku inginkan, aku dan dia, mengalir, begitu saja, seperti curah lembut hujan yang jatuh ke permukaan. Sederhana sekali, cinta memang selalu menuntut kesederhanaan.
Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu, aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap tetes hemoglobinnya. Berlebihan-kah? Bukankah makhluk tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta?
Aku lumpuh dan bisu, saat menatap matamu. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kau ciptakan dalam manisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaan-Mu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling!
Ah, kau memang pandai mengganggu pikiran seseorang, sehingga otakku hanya berisi kamu, kamu, dan kamu dalam berbagai bentuk!
Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu, aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap tetes hemoglobinnya. Berlebihan-kah? Bukankah makhluk tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta?
Aku lumpuh dan bisu, saat menatap matamu. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kau ciptakan dalam manisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaan-Mu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling!
Ah, kau memang pandai mengganggu pikiran seseorang, sehingga otakku hanya berisi kamu, kamu, dan kamu dalam berbagai bentuk!
Seringkali aku menatapmu dalam-dalam , menyelami sejuk matamu, tercebur dalam hatimu, lalu terpeleset dalam aliran darahmu. Aku sangat ingin menjadi bagian dalam setiap detak jantungmu, aku ingin ikut berhembus saat helaan nafasmu. Tapi, apa semua ingin dan harapku akan menyentuh kenyataan? Inilah yang disebut mimpi, selalu terlalu tinggi
Tahu-tahu sosokmu menjadi sangat penting dalam setiap bangun pagi hingga tidur malamku. Sedetik, semenit, sejam, seharian, hanya kamu saja yang begitu rajin menghampiri otakku. Aku ragu kalau kamu tak punya kerjaan lain selain mengganggu pikiran dan imajinasiku.
Ah, kala itu, cinta tak lagi menjelma menjadi sesuatu yang sederhana, berangsur-angsur tingkatannya berbeda, hingga ia menjelma menjadi dua kata, luar biasa. Perasaan itu tak lagi sekedar teman biasa, tapi kamu berevolusi menjadi lebih dari teman biasa.
Aku kebingungan. Jelas, aku sangat kebingungan! Katakan! Apakah kau kadang memerhatikanku? seperti yang sering kulakukan padamu. Hey! aku tak berharap matamu melotot saat membaca ini, atau mulutmu menganga karena kebingungan menatap setiap kalimat-kalimatnya.
Dari seseorang yang ingin terus berjalan ke arah bayanganmu,
selalu...
0 komentar:
Posting Komentar