Sepuluh jari ini ternyata multifungsi. Selain menari menceritakan tentang objek yang kurindukan dalam tulisan, ia juga suka merapat agar sepuluh jari ini bisa terlipat. Menaruhkan beberapa nama, menyelipkan beberapa pinta, bersyukur untuk segala hal yang telah diterima, minta maaf pada pencipta, jemari ini pun membungkus doa. Dilapisi sayap ketulusan ia pergi ke tempat dimana malaikat sering rapat. Tak semewah sayap lainnya, sayap ini begitu sederhana. Tapi justru karena kesederhanaannya aku yakin, sebungkus doa pasti diterima pencipta. Hanya lewat sebungkus doa tanpa mengirimkan apa-apa selain percaya.

Ketika mata ini terpejam, Tuhan tau isi hati lebih duluan. Ia lebih tau rentetan daftar yang kubutuhkan, tapi kadang mata terbutakan oleh ketidaksabaran. Aku tak pernah tau bagaimana tempat berbungkus-bungkus doa dari dunia terkumpul, tapi Tuhan memberitahu agar segalanya terlaksana jadi nyata sampai kedunia hanya dengan satu simpul. Percaya. Mungkin doa tak bisa diteropong oleh mata dan segalanya terlihat mustahil diterima pikiran manusia. Tapi justru hanya percaya yang bisa membebaskan ketidakmungkinan yang dilahirkan pikiran.


Melipat jemariku, pertanda doa-doa siap dikirimkan pada Tuhan dan namamu tak lupa selalu kuselipkan. (Hey tunggu! Aku hafal namamu!). Itu salah satu simpul kebahagiaan. Membiarkan tangan Tuhan mempersatukan, kita hanya tunggu giliran. Benar kan?
Category: 0 komentar

0 komentar:

Posting Komentar