Semua kulakuan diam-diam. Begitu rapi. Hingga hatimu yang beku tak
pernah berhasil cair. Semua kusembunyikan. Hingga perasaanmu yang tidak
peka tetap saja tak peduli pada gerak-gerikku yang jarang tertangkap
oleh sorot matamu. Aku pandai menyembunyikan banyak hal hingga kau tak
memahami yang sebenarnya terjadi.
Rasanya menyebalkan jika aku tak mengetahui isi hatimu. Kamu sangat
sulit kutebak, kamu teka-teki yang punya banyak jawaban, juga banyak
tafsiran. Aku takut menerjemahkan isyarat-isyarat yang kautunjukkan
padaku. Aku takut memercayai perhatian sederhanamu
yang kauperlihatkan secara terselebung. Aku takut. Aku takut. Takut.
Semakin takut jika perasaan ini bertumbuh ke arah yang tak kuinginkan.
Tolong hentikan langkahku, jika memang segalanya yang kuduga benar
adalah hal yang salah di matamu. Tolong kembalikan aku ke jalanku dulu,
sebelum aku mengganggu rute tujuanmu.
Ketahuilah, Tampan. Aku sedang berusaha melawan jutaan kamu yang mulai
mengepul otakku, seperti asap rokok yang menggantung di udara; kamu
seakan-akan nyata. Dan, selama ini juga, aku tak pernah berani mengatakan satu hal
yang mungkin mengagetkanmu; aku mulai menyukaimu.
Tolong buat aku lupa, karena aku tak lagi temukan cara terbaik untuk menghilangkan kamu dari pikiranku.
0 komentar:
Posting Komentar