Aku pernah merasakan hangatmu memeluk sela jemari. Memandang keluar jendela, menghitung sisa tetes hujan.
Kamu, jarang merangkai aksara indah. Tapi kamu selalu berhasil mengusir airmata dan menghadirkan tawa.
Namun, semua yang kini aku genggam hanyalah satu kata: Pernah.
Tapi bukankah setidaknya aku pernah merasakannya, kebahagian yang muncul karena hadirmu.
Tapi bukankah setidaknya aku pernah merasakannya, kebahagian yang muncul karena hadirmu.
Bisa kah kamu kembali menjadi kamu?
Akankah kamu dan aku melebur menjadi kita?
…….. karena aku tak pernah suka pada kata tak pernah.
…………………………………………tak pernah.
0 komentar:
Posting Komentar